Liputan6.com, Jakarta - PT Aneka Tambang (Persero) atau Antam tidak berminat untuk menguasai 20 persen saham PT Vale Indonesia Tbk, meski sudah ditawarkan ke Kementerian Badan Usaha M‎ilik Negara (BUMN) selaku perwakilan pihak pemerintah.
Direktur Utama Antam Arie Prabowo Ariotedjo mengatakan, perusahaan belum berencana menanggapi tawaran saham 20 persen dari perusahaan tambang asal Brazil tersebut.
"Untuk saat ini sih, kita belum ke arah sana," ‎kata Arie, di Jakarta, Sabtu (2/2/2019).
Advertisement
Baca Juga
Antam tengah fokus mengembangkan infrastruktur hilir, membangun fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral (smelter). Hal ini untuk menyerap sumber daya alam (SDA) yang dihasilkan Antam.
"Jadi sumber kita sudah banyak, tapi kalau downstream kita engga jadi ya buat apa," ujarnya.
Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Fajar Hari Sampurno mengatakan, Vale yang merupakan perusahaan tambang asal Brazil mengajukan tawaran untuk kepemilikan saham 20 persen, ‎sebelumnya 20 saham Vale sudah dilepas di pasar modal.
"Sudah mengirimkan surat. Kami sih mengapresiasi," kata Fajar.
Menurut Fajar, pemerintah berminat untuk memiliki saham tersebut, namun belum ada perusahaan BUMN yang ditugaskan untuk melakukan negosiasi untuk membeli saham‎, sebab akan dilakukan kajian terlebih dahulu.
"Memang kami belum memberikan penugasan kepada BUMN manapun. Kami masih kaji dulu dan pelajari surat pengajuan dari Vale ini," tutur Fajar.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Antam Targetkan Produksi Feronikel 30 Ribu Ton pada 2019
Sebelumnya, Antam menargetkan produksi  feronikel mencapai 30 ribu ton (TNi) pada 2019. Produk pemurnian nikel tersebut meningkat dibanding produksi tahun lalu sekitar 24.652 TNi.
Direktur Utama Antam, Arie Prabowo Ariotedjo mengatakan, target produksi Feronikel 2019 meningkat 23 persen dari sebesar 24.652 TNi, menjadi 30 ribu ton.
"Feronikel dtingkatkan sampai 30 ribu ton (TNi)," kata Arie, di Jakarta, pada Jumat 1 Februari 2019.
Arie mengungkapkan, kenaikan produksi feronikel tersebut disumbang dari beberapa fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) yang baru beroperasi, salah satunya di Tanjung Buli,‎ Maluku Utara dan Halmahera Timur dengan kapasitas 13.500 ton.Â
BACA JUGA
"Kapasitas smelter 13.500. Selain itu ada ground breaking di Tanjung Buli. Ini diharapkan mungkin dalam dua bulan lagi sudah bisa selesai," tutur dia. ‎
Sedangkan untuk produksi bijih nikel, Antam menargetkan produksi sebanyak 10,5 juta wet metric ton (wmt), meningkat 14 persen dari 2018 yang sebesar 9,2 juta wmt. Sedangkan target penjualannya sebesar 8 juta wmt atau naik 18 persen dari 2018 yang ada di 6,7 juta wmt.
Arie menuturkan, pembangunan seluruh proyek hilir Antam diperkirakan selesai ‎pada 2021. Dengan begitu perusahaan tambang plat merah tersebut akan menghentikan ekspor mineral mentah dan olahan karena bisa terserap smelter yang ada di dalam negeri pada 2022.
"Proyek downstream tahun ini sudah mulai jadi 2021 akhir sudah selesai. Jadi Januari 2022, enggak boleh ore ekspor jadi bisa terserap,"‎ kata dia.
Advertisement