Liputan6.com, London - Harga emas tergelincir ke level terendah dalam hampir satu minggu, dipicu penguatan Dolar dan ekuitas di tengah optimisme tentang data ekonomi Amerika Serikat (AS).
Melansir laman Reuters, Selasa (5/2/2019), harga emas di pasar spot turun 0,5 persen menjadi USD 1.311,25 per ounce. Harga emas sempat mencapai posisi tertinggi USD 1.326,30, pada Kamis 26 April. Adapun harga emas berjagkan AS turun 0,5 persen menjadi USD 1,315.50 per ounce.
Baca Juga
“Ini hanyalah reaksi terhadap laporan pekerjaan yang kuat pada hari Jumat dan pemulihan pasar saham karena kebijakan Federal Reserve AS yang dovish. Faktor-faktor ini telah mengurangi permintaan jangka pendek untuk emas,” kata analis Saxo Bank Ole Hansen.
Advertisement
Sebelumnya, Wall Street tetap mendekati posisi tertinggi dalam dua bulan. Data pekerjaan AS yang kuat menopang greenback, namun merusak daya tarik emas. Sementara pasar saham Eropa kesulitan karena dorongan dari data AS mulai memudar.
Sebuah laporan dari Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan pada hari Jumat bahwa nonfarm payrolls melonjak 304.000 pekerjaan bulan lalu, kenaikan terbesar sejak Februari 2018.
Sementara itu, bank sentral AS mengatakan akan lebih bersabar pada kenaikan suku bunga di masa depan, pada minggu lalu.
Terlepas dari tanda-tanda ekonomi yang kuat, The Fed secara luas diperkirakan akan mempertahankan suku bunga stabil pada tahun ini. Ini dipicu kekhawatiran yang meningkat atas pertumbuhan global, terutama di China dan Eropa.
Di sisi teknis, emas menghadapi resistensi yang kuat di kisaran USD 1.325, menurut Kepala Analis ActivTrades, Carlo Alberto De Casa dalam sebuah catatan.
Ada kemungkinan besar melihat bullion dikurung dalam kisaran lateral antara USD 1.300 dan USD 1.325 minggu ini.
Sementara untuk harga logam mulia lainnya, paladium berkurang 0,5 persen menjadi USD 1.344 per ons. Harga perak turun 1,5 persen menjadi USD 15,67 per ons dan platinum turun 1 persen menjadi USD 812,98.