Liputan6.com, Jakarta - Produk-produk grup Mayora akan dimasukkan dalam daftar komoditas imbal dagang dengan Sukhoi buatan Rusia.
Sebab selama ini produk-produk anak perusahaan tersebut cukup banyak diekspor ke Negeri Beruang Merah ini.
Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita mengatakan, untuk kemajuan imbal dagang ini, pihaknya masih menunggu tindak lanjut dari kementerian terkait, salah satunya Kementerian Pertahanan (Kemhan‎).
Advertisement
Jika memungkinkan, Kemendag akan memasukkan produk Mayora dalam daftar komoditas untuk imbal dagang ini.
Baca Juga
‎"Kita masih tunggu perkembangan lebih lanjut untuk counter trade itu. Kita tunggu dari K/L lain. Kalau jadi, kita selipin produk Mayora," ujar dia di Kantor Mayora Group, Rabu (6/2/2019).
Sementara itu, Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Georgievna Vorobieva mengungkapkan, saat ini pihak Indonesia dan Rusia memang terus melakukan perundingan soal komoditas apa saja yang akan masuk dalam imbal dagang ini.
"Memang ada pembentukan daftar komoditas di kedua belah pihak," kata dia.
Salah satunya komoditas yang diminati Rusia yaitu minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO). Sebab, kebutuhan Rusia akan komoditas tersebut terus mengalami peningkatan tiap tahun.
"Minyak sawit, kami impor besar-besaran. Kami tidak batasi untuk masuk dan pembelian terus bertambah tiap tahun," ujar dia.
Â
RI Teken Kontrak Beli 11 Jet Tempur Sukhoi Rusia
Sebelumnya, Indonesia telah menandatangani kontrak senilai 1 miliar dolar AS untuk membeli 11 pesawat tempur Sukhoi Su-35 dari Rusia, kata seorang pejabat pada Sabtu, 17 Februari 2018.
Penandatanganan kontrak yang tepatnya bernilai US$ 1,14 miliar itu, dilaksanakan pada Rabu, 14 Februari 2018, kata Juru Bicara Kementerian Pertahanan Indonesia, Totok Sugiharto, seperti dikutip dari VOA Indonesia 18 Februari 2018.
"Dua pesawat Sukhoi akan diserahkan bulan Agustus tahun 2018," kata Totok.
Enam pesawat lagi akan diserahkan 18 bulan setelah kontrak mulai berlaku, dan tiga pesawat sisanya pada lima bulan setelah itu, ucap sang jubir.
Kendati demikian, bentuk pembayaran pesawat itu belum diumumkan secara detail.
Kontrak itu dicapai setelah pada Agustus 2017 lalu, Indonesia berusaha mempertukarkan minyak sawit, kopi dan teh dengan pesawat tempur Rusia -- memanfaatkan sanksi internasional yang dijatuhkan terhadap Moskow sebagai daya tawar bagi Jakarta.
Uni Eropa dan Amerika Serikat telah menjatuhkan sanksi terhadap Rusia atas tuduhan mencampuri Pilpres AS 2016 dan aneksasi Krimea oleh Negeri Beruang Merah.
Di sisi lain, Kementerian Perdagangan Indonesia mengatakan sanksi itu dapat menguntungkan RI, karena Rusia terpaksa mencari pasar baru sebagai sumber impor atas ketiga komoditas itu -- sawit, kopi, dan teh.
Â
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Â
Advertisement