Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat defisit transaksi berjalan pada kuartal IV 2018 sebesar USD 9,1 miliar atau 3,57 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Dengan demikian, defisit transaksi berjalan mencapai sebesar USD 31,1 miliar atau 2,98 persen dari PDB pada 2018.
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Statistik BI, Yati Kurniati mengatakan, cukup sulit untuk memperbaiki posisi defisit transaksi berjalan dalam waktu dekat. BI memperkirakan  defisit masih akan terjadi pada kuartal I 2019.
Advertisement
"Tantangan masih tinggi, transaksi berjalan tetap akan defisit (di triwulan I-2019) masih lihat beberapa perkembangan terakhir lagi apakah ada tanda tanda reborn untuk beberapa komoditi ekpor utama. Tantangan masih tinggi," kata Yati di Kantornya, Jakarta, Jumat (8/2/2019).
Baca Juga
Meski demikian, defisit transaksi berjalan diperkirakan lebih rendah pada 2019 daripada tahun 2018 yakni turun menuju kisaran 2,5 persen dari PDB.
Langkah tersebut tentu saja tidak terlepas dari berbagai kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah dan Bank Indonesia.
"Itulah sebabnya kebijakan pemerintah terkait memperbaiki CAD selama ini untuk diharapkan bisa membantu. Sementara dari sisi ekspor barang primer melambat tapi ada dorongan dari ekspor manufaktur maupun jasa-jasa. Dapat segera terealiasi sehingga ke depan 2019 akan bisa lebih baik dengan kondisi sekarang," ujar dia.
Perlu diketahui, peningkatan defisit transaksi berjalan pada 2018 dipengaruhi oleh penurunan kinerja neraca perdagangan barang non migas akibat masih tingginya impor sejalan dengan permintaan domestik yang masih kuat di tengah kinerja ekspor yang terbatas.
Meskipun demikian, kinerja neraca pendapatan primer dan neraca jasa yang lebih baik dapat membantu mengurangi kenaikan defisit.
Â
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Defisit Transaksi Berjalan Capai 2,98 Persen pada 2018
Bank Indonesia (BI) mencatat defisit neraca transaksi berjalan pada kuartal IV 2018 meningkat sejalan dengan permintaan domestik yang kuat.
Defisit transaksi berjalan pada kuartal IV 2018 tercatat sebesar USD 9,1 miliar atau 3,57 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan defisit kuartal sebelumnya sebesar USD 8,6 miliar atau 3,28 persen terhadap PDB.
"Dengan perkembangan tersebut, secara kumulatif defisit neraca transaksi berjalan secara keseluruhan masih berada dalam batas yang aman, sebesar USD 31,1 miliar atau 2,98 persen dari PDB," ujar Direktur Eksekutif Kepala Departemen Statistik BI, Yati Kurniati di Kantornya, Jakarta, Jumat 8 Februari 2019.
Peningkatan defisit neraca transaksi berjalan tersebut dipengaruhi oleh penurunan kinerja neraca perdagangan barang nonmigas akibat masih tingginya impor sejalan dengan permintaan domestik yang masih kuat di tengah kinerja ekspor yang terbatas.
Meskipun demikian, kinerja neraca pendapatan primer dan neraca jasa yang lebih baik dapat membantu mengurangi kenaikan defisit.
Yati mengatakan, perbaikan neraca pendapatan primer terutama ditopang pembayaran bunga surat utang pemerintah yang lebih rendah, dan kenaikan surplus jasa perjalanan, antara lain didukung oleh penyelenggaraan Asian Para Games di Jakarta dan Pertemuan Tahunan IMF-World Bank di Bali.
Di samping itu transaksi modal dan finansial pada kuartal III 2018 mencatat surplus cukup besar sebagai cerminan masih tingginya kepercayaan investor terhadap prospek perekonomian domestik. Surplus transaksi modal dan finansial tercatat sebesar USD 15,7 miliar, meningkat signifikan dibandingkan dengan surplus pada kuartal sebelumnya sebesar USD 3,9 miliar.Â
"Adapun peningkatan tersebut terutama didukung oleh membaiknya kinerja investasi portofolio, seiring meningkatnya aliran masuk dana asing pada aset keuangan domestik," kata dia.
Peningkatan surplus juga didukung penerbitan obligasi global oleh pemerintah dan korporasi. Selain itu, optimisme terhadap prospek ekonomi Indonesia mendorong pelaku usaha domestik melakukan penarikan simpanan di bank luar negeri untuk memenuhi kebutuhan bisnisnya sehingga investasi lainnya tercatat surplus.
Selain itu, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal IV-2018 juga mencatat surplus sebesar USD 5,4 miliar, ditopang peningkatan surplus transaksi modal dan finansial. Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa pada akhir Desember 2018 meningkat menjadi USD 120,7 miliar, atau setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor dan utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Ke depan, kinerja NPI diperkirakan membaik dan dapat terus menopang ketahanan sektor eksternal.
Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah guna memperkuat ketahanan sektor eksternal, termasuk pengendalian defisit transaksi berjalan pada 2019 menuju kisaran 2,5 persen dari PDB.
Pada saat yang bersamaan Bank Indonesia senantiasa mencermati perkembangan global yang dapat memengaruhi prospek NPI khususnya ketidakpastian di pasar keuangan global yang masih tinggi, serta volume perdagangan dunia dan harga komoditas global yang cenderung menurun.
"Bank Indonesia juga akan terus memperkuat bauran kebijakan guna menjaga stabilitas perekonomian, serta memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah dalam mendorong kelanjutan reformasi struktural," pungkasnya.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Â
Advertisement