Sukses

Kekhawatiran Perang Dagang Kembali Tekan Rupiah

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.075 per dolar AS hingga 14.097 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali bergerak melemah pada perdagangan Selasa pekan ini.

Mengutip Bloomberg, Selasa (12/2/2019), rupiah dibuka di angka 14.080 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.034 per dolar AS. Menjelang siang rupiah hampir menyentuh level 14.100 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.075 per dolar AS hingga 14.097 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih menguat 2,14 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.088 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 13.995 per dolar AS.

Ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail mengatakan, pelemahan rupiah diakibatkan dolar AS yang diprediksi menguat terhadap hampir seluruh mata uang dunia.

"Penguatan dolar AS didorong oleh kekhawatiran investor tidak tercapainya kesepakatan perjanjian perdagangan antara AS-China di tengah deadline gencatan perang dagang yang akan segera berakhir di awal Maret," ujarnya dikutip dari Antara.

Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump yang menyatakan pertemuannya dengan Presiden China Xi Jinping kemungkinan besar dilakukan setelah 1 Maret 2019, yaitu tenggat waktu pelaksanaan tarif terhadap seluruh barang impor dari China, yang memberikan kekhawatiran terhadap pasar.

Akan tetapi, optimisme masih muncul terhadap pertemuan delegasi kedua negara yang diselenggarakan di Beijing pada 14-15 Februari mendatang dengan dihadiri oleh Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dan Perwakilan Perdagangan AS Robert Lighthizer.

"Rupiah kemungkinan melemah ke level 14.000 per dolar AS sampai 14.050 per dolar AS," ujar Ahmad.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Ekonom Indef Ragu Rupiah Bakal Terus Menguat

Sebelumnya, Pemerintahan Jokowi-JK mematok asumsi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 sebesar 15.000 per dolar AS. Angka ini berubah dari Rancangan APBN-2019 sebesar 14.00 per dolar AS.

Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Alviliani, mengatakan bahwa nilai tukar rupiah pada tahun ini memang sulit untuk diprediksi. Sebab, kondisi perekonomian global yang terus bergejolak membuat nominal mata uang Garuda ini cenderung terus bergerak.

"Satu hal terkait dengan rupiah. rupiah saat ini sedang cenderung menguat terus ya. Jadi ini juga satu hal yang perlu kita cermati apakah akan terus menguat, keliatannya belum bisa kita pastikan," kata dia dalam acara Dialog Ekonomi Perbankan, di Jakarta, pada Rabu 30 Januari 2019. 

Aviliani mengatakan, penguatan rupiah yang terjadi saat ini karena didorong berbagai faktor. Salah satunya melalui aliran modal dana asing yang masuk ke Indonesia cukup deras. Namun, dirinya meragukan, penguatan ini tidak akan berlangsung lama.

"Tapi apakah nanti setelah April ini akan terus menguat? artinya bahwa kita harus mengasumsikan nilai tukar rupiah ini lebih cenderung punya namanya antara, jadi jangan sampai pada satu angka, tidak bisa juga kita liat 14.000 per dolar AS ini seterusnya. Tapi kita harus bisa membuat range antara 14.000 per dolar AS hingga Rp 15.000 per dolar AS," jelasnya.

Aviliani menekankan, untuk menjaga kondisi penguatan rupiah pemerintah bersama Bank Indonesia perlu melakukan beebagai langkah. Caranya dengan mengkonversikan rupiah kepada beberapa mata uang negara asal tujuan. Artinya tidak hanya berfokus pada satu mata uang yakni dolar AS.

"Kita perlu cermati mungkin yen, yuan, euro di mana transaksi dagang kita termasuk pinjaman kita banyak yen ke Jepang, tapi belum dikonversi ke yen. Ini salah satu cara menyeimbangkan mata uang kita," pungkasnya.

Â