Liputan6.com, Jakarta - Analis asing mulai memantau kondisi pilpres 2019 di Indonesia antara pasangan nomor urut 01Â Joko Widodo (Jokowi ) dan Ma'ruf Amin dengan pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto dengan Sandiaga Uno. Salah satu yang menjadi sorotan adalah stabilitas politik serta implikasinya ke ekonomi.
Ekonom DBS Group Research Masyita Crystalling menyebutkan, Jokowi unggul melalui survei meski bukan berasal dari kalangan elit politik. Pasangannya pun disebut bisa membantu menstabilkan suasana.
"Pemegang jabatan, Presiden Jokowi unggul dalam jajak pendapat, namun kondisi ekonomi yang lemah dapat mengurangi selisih kemenangannya," tulis Crystallin dalam rilisnya.
Advertisement
Baca Juga
Meski kondisi ekonomi terkini justru dapat menyulitkan petahana, DBS menyebut kehadiran Ma'ruf Amin dari Nahdlatul Ulama membantu menjauhkan pilpres dan pemilu serentak dari konflik sektarian. Alhasil, pemilu bisa terjauhkan dari konflik vertikal seperti isu sektarian.
"Karena pasangan calon presiden yang sedang menjabat adalah tokoh Islam dari organisasi Muslim terbesar, Nahdlatul Ulama, nada kampanye bergeser dari politik sektarian, yang menjadi kunci dalam pemilihan umum daerah baru-baru ini," tulis ekonom DBS.Â
DBS turut berharap reformasi yang telah terjadi di Indonesia terus berlanjut, baik pemenang pemilu adalah Jokowi maupun Prabowo. Reformasi yang disorot adalah dalam meningkatkan daya saing dan upaya meningkatkan pertumbuhan jangka panjang melalui infrastruktur, serta reformasi pajak dan subsidi bahan bakar.
"Kami berharap reformasi berlanjut, terlepas dari hasil Pemilu," jelas Masyita. Ia pun meminta agar masalah-masalah fundamental ekonomi terus diperhatikan.
Di antara masalah-masalah itu adalah menghidupkan sektor manufaktur berorientasi ekspor untuk pertumbuhan jangka panjang serta memperkecil defisit neraca berjalan dan ekspor komoditas.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Ma'ruf Amin Akan Soroti Lembaga Pendidikan Berbasis Agama di Debat Ketiga
Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Arsul Sani mengatakan calon wakil presiden Ma'ruf Amin akan fokus pada materi debat antarcawapres pada 17 Maret mendatang. Salah satu materi yang akan dibahas Ma'ruf dalam debat adalah isu pendidikan yang berbasis keagamaan.
"Ini juga permintaan beberapa partai koalisi, khususnya PPP dan PKB, misalnya soal pendidikan nasional keagaman di bawah masing-masing agama, dalam Islam itu pesantren dan madrasah diniyah. Mungkin kalau yang kristiani itu sekolah minggu, itu juga akan menjadi materi bahasan," kata Arsul di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis, 14 Maret 2019.
Dia menegaskan, Ma'ruf siap untuk melaksanakan debat. TKN juga sudah melakukan simulasi debat dengan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu.
"Yang kedua tentu berdiskusi dengan para tim ahli. Itu dari sisi materi. Kemudian dari sisi manajemen debat khususnya yang terkait dengan manajemen waktu melalui simulasi beberapa kali juga kita lakukan," ungkapnya.
"Jadi bukan soal mengajari Pak Kiai Ma'ruf berdebat, karena kalau soal debat Beliau dari mudanya kan ada di lingkungan NU," ucap Arsul.
Sebelumnya, Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Ace Hasan Syadzily menuturkan, cawapres Ma'ruf Amin siap untuk menjalani debat antarcawapres pada 17 Maret mendatang. Dia juga yakin Ma'ruf akan menjawab lugas segala macam 'serangan' dari lawannya, termasuk isu BPJS.
"Kami sudah sangat siap dengan jawaban tersebut, Pak Kiai Ma'ruf Amin sudah menguasai BPJS," kata Ace di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu 13 Maret kemarin.
Debat antarcawapres pada 17 Maret mendatang akan mengusung tema pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, serta sosial dan budaya. Debat tersebut rencananya akan dilaksanakan di Hotel Sultan, Jakarta Selatan.
Advertisement