Liputan6.com, New York Harga minyak mentah dunia naik tipis dengan Brent mencapai level tertinggi tahun ini. Tetapi kenaikan ditutup setelah penurunan tajam dalam belanja ritel AS sejak 2009 yang meningkatkan kekhawatiran investor akan perlambatan ekonomi global.
Melansir laman Reuters, Jumat (15/2/2019), harga minyak Brent naik 75 sen, atau 1,2 persen menjadi USD 64,36 per barel, usai mencapai posisi tertinggi pada 2019 di USD 64,81.
Baca Juga
Sementara minyak mentah AS naik 41 sen atau 0,8 persen, ke posisi USD 54,31 per barel, turun dari sesi tertinggi di USD 54,68 per barel.
Advertisement
Pasar keuangan AS dibuka lebih rendah dan pasar saham global menghapus kenaikannya setelah penjualan ritel di ekonomi terbesar dunia itu mencatat penurunan terbesar mereka dalam lebih dari sembilan tahun pada Desember.
Prospek ekonomi AS semakin redup oleh data lain yang menunjukkan peningkatan tak terduga dalam jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim untuk tunjangan pengangguran pekan lalu.
"Minyak dijual sebagai reaksi terhadap data penjualan ritel yang sangat lemah di AS yang mendorong penjualan secara menyeluruh," kata John Kilduff, mitra di Again Capital Management di New York.
Harga minyak kembali menguat setelah pasar saham mengurangi beberapa kerugian dan juga mendapat dukungan dari optimisme investor bahwa Amerika Serikat dan China dapat menyelesaikan sengketa perdagangan mereka.
Â
Harga minyak mentah telah naik hampir 20 persen tahun ini, terutama didorong prospek penurunan pasokan minyak dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan pengekspor utama lainnya seperti Rusia.
Kelompok produsen yang dikenal sebagai OPEC + telah sepakat untuk memangkas produksi minyak mentah sebesar 1,2 juta barel per hari. Eksportir top Arab Saudi mengatakan akan memangkas lebih banyak di bulan Maret daripada kesepakatan yang diminta.
“Sementara tren jangka menengah menghadapi beberapa tantangan, kami masih melihat prospek pasokan / permintaan minyak yang seimbang tahun ini. Brent seharusnya rata-rata berada di USD 70 pada tahun 2019, dibantu secara sukarela oleh (Saudi, Kuwait, UEA) dan tidak disengaja (Venezuela, Iran) yang menurun dalam pasokan OPEC," menurut analis Bank of America dalam catatannya.
Harga minyak juga mendapat dukungan dari kenaikan mengejutkan dalam ekspor Cina pada Januari dan kenaikan tajam dalam impor minyak mentah sebelum liburan Tahun Baru Imlek pada Februari.
Namun, di pasar fisik, kenaikan tajam dalam ketersediaan minyak serpih AS menyebabkan peningkatan persediaan minyak mentah domestik dan produk olahan.