Liputan6.com, Washington D.C. - Para ekonom yakin resesi Amerika Serikat (AS) sudah tinggal menghitung waktu. Dilaporkan Bloomberg, mayoritas ekonom percaya resesi akan datang antara tahun 2020 atau 2021.
Sebanyak 10 persen ekonom yang ikut survei menyebut bahwa resesi AS akan mulai tahun ini, 42 persen memprediksi tahun depan, dan 25 persen memperkirakan resesi baru mulai di tahun 2021.
Advertisement
Baca Juga
Sementara, sisa 23 persen ekonom tidak memberikan opini, atau percaya resesi akan terjadi setelah tahun 2021.
Survei diambil pada 30 Januari - 8 Februari 2019 dan diikuti 300 anggota National Association for Business Economics. Survei ini keluar sebelum Kementerian Perdagangan AS merilis data GDP kuartal terakhir tahun 2018 yang sebelumnya tertunda karena penutupan pemerintah.
Pandangan para ekonom dalam survey ini berbanding terbalik dari pernyataan penasihan ekonomi Trump, Larry Kudlow. Pada awal Januari 2019, Kudlow menyebut resesi sangat kecil kemungkinannya.
"Tidak ada resesi dalam pandangan," ujar Kudlow.Â
Presiden Donald Trump pun konsisten memamerkan ekonomi AS. "Ekonomi AS terlihat sangat bagus, menurut pendapat saya, bahkan lebih baik dari diantisipasi," ujar Trump pada Selasa lalu.
Indonesia Harus Siap Hadapi Resesi Dunia
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan kekhawatirannya mengenai kondisi ekonomi global di tahun 2019. Hal itu harus diwaspadai oleh semua pihak termasuk sektor properti.
Dia menyebutkan, menjelang tutup tahun 2018 masih harus terus menerus memperhatikan, melihat dan meneliti dinamika ekonomi global dan dalam negeri.
"Kami juga harus akui bahwa menjelang tutup tahun 2018 dan memasuki 2019 banyak sekali warning (peringatan) mengenai outlook ekonomi 2019 yang perlu diwaspadai bersama," kata Menkeu Sri Mulyani dalam acara Property Outlook 2019 bertema The Power of Property Industry to Boost Economic Growth, di Gedung Dhanapala Kemenkeu, Jakarta, Senin, 17 Desember 2019.
Beberapa hal yang patut diwaspadai tersebut antara lain kemungkinan akan terjadinya resesi dunia. Dimana sepanjang tahun ini orang-orang melihat pertumbuhan ekonomi AS tumbuh tinggi. Bahkan kondisi tersebut terus berlanjut hingga akhir tahun ini.
"Pertanyaannya, apakah akan tetap berlangsung pada seluruh 2019? Mereka lihat dari sisi yieldcurve dari treasury yang memberikan indikasi kemungkinan tanda-tanda masa depan more barriers than present. Ini ditunjukkan dengan inverted yield curve. Kita melihat tanda-tanda kebijakan ekonomi, seperti trade policy AS yg menimbulkan dampak yang sangat luas di dunia," ujarnya.
"Ketegangan dengan RRT (China) tidak menurun, kita masih ada di proses 3 bulan waktu jeda untuk bisa menyelesaikan," dia menambahkan.
Advertisement