Sukses

Cara BI Tangkal Peredaran Uang Palsu Jelang Pilpres 2019

BI sudah melakukan langkah-langkah menangkal peredaran uang palsu.

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, memastikan bahwa tidak ada peredaran uang palsu jelang pemilihan umum 2019. Pernyataan itu sekaligus menjawab keresahan masyarakat akan maraknya uang palsu yang beredar pada saat pilpres.

Perry mengatakan, selama ini BI sudah melakukan langkah-langkah menangkal peredaran uang palsu. Oleh karenanya, dirinya meminta masyarakat agar tetap tenang.

"Dari dulu kita sudah melakukan melakukan langkah-langkah untuk memastikan bahwa peredaran uang palsu itu bisa dideteksi bisa ditangani. Sebelum pemilu dan itu itu sudah suatu standar," katanya saat ditemui di Kompleks Bank Indonesia, Jumat (1/3/2019).

Untuk mengantisipasi peredaran uang palsu tersebut, BI juga telah menggandeng pemerintah termasuk melalui Badan Koordinasi Penanganan Uang Palsu. "Itu sudah jalan secara rutin mendeteksi kemudian menempuh langkah-langkah," pungkasnya.

Seperti diketaui, uang palsu sebanyak Rp 1,8 miliar gagal edar di wilayah Bogor, Jawa Barat. Upal tersebut terdiri dari 18 gepok pecahan Rp 100.000 dan 1 lembar mata uang dolar AS.

Kapolresta Bogor Kota Kombes Ulung Sampurnajaya mengatakan selain barang bukti, polisi juga mengamankan tiga pelaku, Muchtar (48) warga Karang Tengah Cianjur, Heri Suryana (49) warga Parakan Ciomas Kabupaten Bogor, dan Rahmat (49) warga Cibaregbeg Cianjur.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Uang Beredar Tumbuh Melambat pada Januari 2019

Bank Indonesia (BI) mencatat likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) tumbuh melambat pada Januari 2019.

Posisi M2 pada Januari 2019 tercatat sebesar Rp 5.645,8 triliun atau tumbuh 5,5 persen (year on year/yoy) lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 6,3 persen (YoY).

Perlambatan M2 dikontribusikan oleh seluruh komponennya yakni uang beredar dalam arti sempit (M1), uang kuasi dan surat berharga selain saham yang masing-masing tumbuh sebesar 3,8 persen (YoY) dan 10,3 persen (YoY), lebih rendah dari pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 4,8 persen (YoY), 6,8 persen (YoY), dan 11,8 persen (YoY). 

Adapun pertumbuhan M2 terutama dipengaruhi oleh penurunan aktiva luar negeri bersih serta kontraksi operasi keuangan pemerintah. Demikian mengutip laman Bank Indonesia, Jumat (1/3/2019).

Aktiva luar negeri bersih pada Januari 2019 turun lebih dalam menjadi 9,3 persen (YoY) dari bulan sebelumnya sebesar -6,4 persen (YoY).

Penurunan aktiva luar negeri bersih tersebut terutama didorong oleh perlambatan tagihan kepada nonresident yang disebabkan oleh penurunan cadangan devisa pada Januari 2019.

Operasi keuangan pemerintah mengalami kontraksi tercermin dari penurunan tagihan bersih kepada pemerintah pusat, yaitu dari -3,3 persen (YoY) menjadi -14,1 persen (YoY) pada Januari 2019. Ini sejalan dengan peningkatan rekening giro pemerintah pusat di Bank Indonesia (BI).

Sementara itu, pertumbuhan kredit perbankan pada Januari 2019 mencapai 11,9 persen (YoY), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 11,7 persen (YoY).