Sukses

Standard Chartered Bank Indonesia Catatkan Laba Bersih Rp 536 Miliar di 2018

Pengeluaran beban operasional Standard Chartered Bank Indonesia tumbuh sebesar 6 persen di tahun 2018.

Liputan6.com, Jakarta - Standard Chartered Bank Indonesia (Standchart) meraup laba bersih sebesar Rp 536 miliar sepanjang 2018. Angka tersebut tumbuh meroket sebesar 371 persen bila dibandingkan tahun sebelumnya.

Chief Executive Officer (CEO) Standchart Rino Donosepoetro mengatakan, hasil positif tersebut merupakan bentuk keberhasilan strategi transformasi yang dilakukan sejak 2017 yang telah mendorong kemajuan-kemajuan yang signifikan dalam mengoptimalisasi potensi yang ada demi pengembangan Standard Chartered Bank Indonesia secure eksponensial.

"Pencapaian Laba Bersih tertinggi sejak 2014 di tahun 2018 ini mempakan salah satu milestones penting dalam upaya kami mencapai aspirasi sebagai Bank Internasional terbaik di Indonesia," kata Rino dalam acara paparan kinerja, di Hotel Raflles Jakarta (4/3/2019).

Selain pencapaian kinerja finansial, Standard Chartered juga mendukung program pemerintah menumbuhkan sektor ekspor dan mendukung investasi asing ke Indonesia.

Sementara itu, pengelolaan manajemen likuiditas yang baik juga membuahkan hasil yakni peningkatan rasio Net Interest Margin (NIM) dari 4,26 persen menjadi 4,38 persen.

Pengeluaran beban operasional Standard Chartered tumbuh sebesar 6 persen di tahun 2018. Pencapaian ini didukung oleh upaya peningkatan digitalisasi dan efisiensi proses internal menjadi simplen better, faster.

Efisiensi biaya menghasilkan penurunan Cost to Income ratio (CIR) menurun ke level 65 persen dari 68 persen di tahun lalu.

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Standard Chartered Beri Sinyal Lepas Saham Bank Permata

Sebelumnya, Standard Chartered beri sinyal untuk melepas saham Bank Permata. Standard Chartered berniat divestasi atau jual saham sekitar 45 persen sahamnya di Bank Permata. Pihaknya akan mereklasifikasi kepemilikannya sebagai non-inti.

Mengutip laman FT, Selasa (26/2/2019), Standard Chartered menyampaikan hal itu bersamaan dengan rencana strategis baru untuk meningkatkan laba menjadi lebih dari 10 persen pada 2021 dari level saat ini sekitar lima persen.

Standard Chartered juga akan restrukturisasi operasinya di sejumlah negara antara lain Korea Selatan, Indonesia, Arab Saudi dan India. 

Sementara itu, Channel News Asia menyebutkan, Standard Chartered Plc mengatakan akan pangkas biaya USD 700 juta dan keluar dari bisnis yang lebih kecil. Ini sebagai bagian dari perbaikan strategi tiga tahun yang dorong pertumbuhan. Dengan dorong pertumbuhan pendapatan dan divestasi akan hasilkan modal surplus inti.

"Kami akan mencapai ini melalui fokus tanpa henti di mana kami memiliki keunggulan kompetitif yang berbeda, melawan sebab hal yang memberikan tingkat pengembalian yang rendah dan meningkatkan inovasi dan produktivitas," ujar Chief Executive Standard Chartered, Bill Winters seperti dikutip dari laman Channel News Asia.

Berdasarkan data RTI, 31 Januari 2019, kepemilikan saham Bank Permata antara lain Standard Chartered Bank sebesar 44,56 persen, PT Astra International Tbk sebesar 44,56 persen dan publik sebesar 10,88 persen.

PT Bank Permata Tbk (BNLI) adalah hasil merger lima bank yakni Bank Bali, Bank Universal, Bank Arthamedia, Bank Patriot, Bank Prima Ekspress pada 2002.

Mengutip Guardian, Standard Chartered bersama PT Astra International Tbk kemudian mengambilalih pada 2004. Dua institusi tersebut dinyatakan sebagai pemenang untuk 51 persen saham Bank Permata milik pemerintah pada saat itu.

Standard Chartered Bank mengalahkan tawaran lainnya yang diajukan Australia and New Zealand Banking Corporation dengan partner lokal PT Bank Pan Indonesia, Malayan Banking dan Malaysia Commerce Bank.