Sukses

Ini Bahaya Jika Perempuan Ogah Bergerak di Kantor

Bahaya laten kebanyakan duduk di kantor.

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah studi menunjukkan bermacam penyakit yang berakar dari jarang bergerak di kantor. Setiap jam duduk, risiko penyakit terkait jantung bagi perempuan bertambah sampai 12 persen.

Dilaporkan The Ladders, penelitian berasal jurnal Circulation yang mempelajari 5.638 perempuan berusia 63 hingga 97 tahun. Mereka memakai accelerometer untuk menghitung waktu saat mereka aktif dan duduk.

Para subyek penelitian diteliti dalam lima tahun dan menyimpulkan semakin tinggi waktu sedentari (kurang bergerak) di kantor, maka potensi penyakit jantung pun makin tinggi.

"Waktu sedentari yang lebih tinggi dan kondisi sedentari yang terus-terusan memiliki dampak langsung dengan penyakit kardiovaskular," tulis John Bellettiere selaku penulis jurnal serta peneliti kardiovaskular.

Penelitian di jurnal Circulatio tidak sendirian. Sebelumnya pun sudah ada sejumlah temuan mengenai bahaya duduk terus-menerus di kantor. Kondisi ini memang menyulitkan para pekerja kantoran yang duduk dari pagi sampai sore.

Dr. Edward Laskowski yang disertifikasi American Board of Physical Medicine and Rehabilitation menyebut perlu ada usaha untuk berjalan-jalan di sekitar kantor setiap 30 menit.

Selain memiliki dampak langsung pada tubuh, ia pun menyebut meluangkan waktu untuk aktivitas fisik bisa membantu kesehatan mental ketika usia bertambah.

"Dampak melakukan gerakan, bahkan gerakan santai saja, dapat memiliki efek. Sebagai permulaan, kamu dapat membakar lebih banyak kalori. Ini dapat membawa turunnya berat badan dan peningkatan energi," jelasnya.

2 dari 2 halaman

Studi: Semakin Tua Usia, Makin Cepat Stres di Kantor

 Stres di tempat kerja biasa dirasakan banyak pegawai, mulai dari yang muda hingga tua. Namun sebuah riset yang dilakukan Portland State University menemukan, bahwa semakin tua usia Anda, semakin mudah Anda merasa stres di tempat kerja.

Mengutip laman studyfinds.org, Selasa, 29 Januari 2019, banyak hal di tempat kerja yang bisa berdampak negatif pada tingkat kepuasan kerja para karyawan. Sementara itu, tingkatan stres yang lebih berat cenderung dirasakan karyawan yang lebih tua.

"Kepuasan kerja merupakan hak karyawan yang harus diberikan oleh para atasan, tak peduli muda atau muda. Anda tentu tak ingin bekerja dengan kebijakan perusahaan seperti, karyawan muda diperlakukan begini sementara yang lebih tua diperlakukan begitu," tutur profesor psikologi Portland State University Donald Truxillo.

Pada kenyataannya, ada beberapa sistem sumber daya manusia yang sangat peka terhadap usia. Sistem tersebut sebaiknya lebih fokus terhadap pelatihan pada para manajer. Hal itu ditujukan agar para atasan lebih peka terhadap kebutuhan para karyawan sesuai dengan usianya.

Tim peneliti melakukan survei terhadap 243 pegawai selama setahun. Partisipan survei terdiri dari rentang usia 24-64 tahun.

Studi tersebut menemukan, seluruh karyawan merasa lebih tenang saat mereka merasa dipercaya dan dihargai di tempat kerja. Namun saat kurang dukungan dan rasa dihargai, banyak karyawan merasa sangat tertekan.

Hasil penemuan menunjukkan, tekanan sangat terasa pada para karyawan yang berusia lebih tua. Namun, para karyawan yang lebih tua akan merasa lebih berguna di tempat kerja jika terjadi interaksi bermakna dengan para kerabat yang lebih muda.

Terlepas dari berbagai permasalahan di tempat kerja, seluruh karyawan muda dan tua tak merasa stres jika memiliki hubungan baik dengan atasan langsung. Tapi kurangnya perhatian dari atasan ternyata memiliki dampak yang berbeda.

Karyawan yang lebih tua akan cenderung lebih tertekan dibandingkan karyawan muda jika dihadapkan pada situasi yang serupa.