Sukses

Pemerintah Targetkan Pertumbuhan Ekonomi RI 5,5 Persen pada 2020

Dalam sidang kabinet juga mengusulkan inflasi 2-4 persen dalam APBN 2020.

Liputan6.com, Jakarta - Sidang Kabinet Paripurna yang dipimpin Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Rabu siang (6/3/2019) telah membahas rencana awal program kerja pemerintah 2020 serta beberapa perkiraan asumsi makro ekonomi.

Menteri PPN/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro mengatakan, sidang kabinet tersebut diusulkan dalam APBN 2020 angka inflasi 2-4 persen.

"Kalau pertumbuhan ekonomi di 2020 tadi diusulkan akan ada di 5,3-5,5 persen dengan inflasi sekitar 3 persen," kata Bambang di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (6/3/2019).

Angka ini dinilai cukup rasional dengan mempertimbangkan beberapa aspek mulai dari faktor domestik hingga internasional. 

Hanya saja, angka-angka tersebut, menurut Bambang masih bersifat usulan. Penentuannya akan dilakukan dalam sidang kabinet paripurna selanjutnya.

Sebelumnya, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) meminta kepada para menterinya untuk tetap mewaspadai gejolak ekonomi global pada 2020. 

"Saya ingin mengingatkan tahun ini maupun tahun depan kita harus mampu mengantisipasi dinamika perekonomian dunia yanf terus bergerak berubah dengan sangat dinamis," ujar dia.

Dia menyebutkan faktor eksternal yang masih mendapat perhatian yaitu normalisasi kebijakan moneter di Amerika Serikat, fluktuasi harga komoditas, perang dagang dan proteksionisme, moderasi pertumbuhan di Tiongkok, maupun keamanan dan geo politik dunia.

 

2 dari 2 halaman

Bos BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Capai 5,3 Persen pada 2019

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini lebih baik dibandingkan pada 2018. Meski masih akan menghadapi gejolak, pertumbuhan ekonomi bisa berada di kisaran 5,3 persen.

"Outlook ekonomi (tahun ini), optimis, optimis, optimis. Pertumbuhan ekonomi 5,2-5,3 persen," katanya di acara CNBC Economic Outlook 2019, di Jakarta, Kamis 28 Februari 2019.

Pertumbuhan tersebut dapat tercapai apabila permintaan kebutuhan domestik dalam negeri dapat didorong dan meningkat di kisaran 5,5 persen. Kemudian, investasi juga tumbuh positif berada di angka 6,7 persen.

Meski diperkirakan akan tumbuh, namun neraca perdagangan Indonesia diikhawatirkan tetap melemah. Ini dikarenakan kondisi pasar global yang belum cukup tenang.

"Masalahnya global gonjang ganjing ekspor susah impor juga masih negatif," imbuhnya.

Di samping itu, lanjut Perry, yang membuat dirinya yakin pertumbuhan ekonomi tahun ini semakin baik yakni melihat kondisi nilai tukar Rupiah cenderung menguat. Berbeda dengan tahun lalu, dimana Rupiah sepanjang 2018 tercatat terdepresiasi sebesar hingga 6,9 persen.

Penguatan rupiah ini juga didorong oleh beberapa hal utama. Salah satunya adalah aliran modal asing yang masuk ke Indonesia cukup deras. "Faktor lain kondisi fundamental baik, dan pasar valas semakin berkembaang tidak hanya SWAP, DNDF. NTR stabil dan cenderung menguat," katanya.

Kemudian, yang menjadi fokus Bank Indonesia dalam menggenjot pertumbuhan ekonomi juga dengan cara mengendalikan defisit transaksi berjalan. Sebab, defisit pada 2018 tercatat sebesar USD 31 miliar atau setara dengan 2,98 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

"Yang jadi fokus stabilitas eksternal. Itu bagaimana terus mengendalikan CAD dan menaikkan surplus dari neraca modal," pungkasnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Â