Sukses

Jurus BNI Tingkatkan Literasi Keuangan Syariah

Berdasarkan data survei OJK, literasi keuangan syariah hanya 8 persen.

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk melalui unit usaha BNI Syariah, siap meningkatkan literasi dan inklusi keuangan syariah melalui industri 4.0.

Industri 4.0 ini dicirikan yaitu penggunaan internet of things (IoT), teknologi awan, dan big data.  Direktur Utama BNI Syariah, Abdullah Firman Wibowo menuturkan, saat ini angka literasi dan inklusi keuangan syariah masih cukup rendah. 

"Dengan adanya industri 4.0 dan potensi industri halal yang masih belum banyak berkembang diharapkan bisa meningkatkan literasi dan inklusi industri keuangan syariah," kata Abdullah dalam keterangan tertulis, Kamis (7/3/2019).

Berdasarkan data survei nasional Otoritas Jasa Keuangan (OJK), literasi keuangan syariah hanya 8 persen atau lebih rendah dibandingkan literasi keuangan konvensional 30 persen. 

Selain itu, untuk inklusi keuangan syariah baru sebesar 11 persen, lebih rendah dibandingkan dengan inklusi keuangan konvensional yaitu 68 persen. Angka literasi dan inklusi keuangan syariah yang rendah ini seakan menjadi paradoks. 

Hal ini karena Indonesia merupakan negara dengan populasi muslim terbesar didunia. Seiring dengan angka literasi dan inklusi dalam negeri yang rendah, Indonesia hanya menempati posisi ke-sepuluh dalam pangsa pasar Islamic finance di dunia (Sumber: IFSI Stability Report, IFSB 2017). 

Dia menambahkan, sebagai Hasanah Banking Partner, BNI Syariah berusaha menangkap peluang ini melalui pengembangan layanan berbasis digital dalam rangka memberikan layanan yang terbaik sesuai prinsip syariah kepada masyarakat. 

"Ada beberapa layanan berbasis digital yang sedang dikembangkan BNI Syariah selain e-banking yang telah dimiliki sebelumnya, di antaranya uang elektronik, laku pandai, dan Crowd Funding Wakaf Hasanah," pungkas Abdullah.

 

2 dari 2 halaman

BNI Syariah Siapkan Belanja Modal Rp 135 Miliar pada 2019

Sebelumnya, PT BNI Syariah menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 135 miliar pada 2019.

Alokasi dana belanja modal tersebut akan digunakan untuk penguatan digital dan jaringan bisnis perusahaan pada 2019.

Direktur Keuangan dan Operasional BNI Syariah, Wahyu Avianto menuturkan, pada tahun ini, perusahaan berencana memperbesar kapasitas data center melalui anggaran capex. Adapun capex tahun ini meningkat 68,75 persen dibandingkan 2017.

"Untuk 2019 capex kita sebesar Rp 135 miliar, tahun lalu Rp 80 miliar. Ini kita mau bangun data center untuk digitalnya. Jadi kita lebih banyak siapkan untik data center, belanja servernya, storagenya, securitynya dan lainnya," ujar dia di Jakarta Selatan, Kamis 14 Februari 2019.

Sementara itu, sepanjang 2018, BNl Syariah telah menyelenggarakan beberapa kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan halal ecosystem, seperti Deureuham (Derap Ekrafpreneur Hasanah Mulia). 

Kemudian juga Pelatihan Manajemen Masjid, Benteng Hasanah di Batas Negeri, serta Pembentukan Jurnalis Ekonomi Syariah di Balikpapan, Medan, Bandung, Kendari. 

"Sedangkan pada tahun ini kami berencana untuk menjadi bank buku III di akhir tahun ini termasuk melakukan pencatatan perdana saham atau initial public offering (IPO)," pungkas Direktur Bisnis SME dan Komersial BNI Syariah Dhias Widhyati.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Â