Sukses

Mendag Ancam Potong Gaji jika PNS Kemendag Suguhi Makanan Impor

Mendag Enggartiasto Lukita menuturkan, orang Indonesia seharusnya bangga untuk menggunakan dan mengkonsumsi produk dalam negeri.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan (Mendag), Enggartiasto Lukita, mengatakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk dapat menekan angka impor, yakni dengan menggunakan produk yang dapat dihasilkan di dalam negeri.

Terkait hal tersebut, Enggartiasto mengisahkan pernah "mengancam" bakal memotong gaji pegawainya, khususnya bagian biro umum, kalau kedapatan menyuguhkan makanan impor di Kementerian Perdagangan.

"Saya sehari-hari di internal saya, saya marah kalau disuguhi makanan atau buah-buahan impor. Saya potong gaji semuanya," kata dia, dalam kuliah umum, di Kampus Universitas Tarumanegara, Jakarta, Senin (11/3/2019).

Dia menegaskan, orang Indonesia seharusnya bangga untuk menggunakan dan mengkonsumsi produk-produk dalam negeri. 

"Saya hanya mau makan ubi rebus, pisang rebus, kacang rebus. Memang saya orang kampung suka yang begitu-begitu," ujar dia.

"Tapi tidak boleh ada barang impor. Kalau ada barang impor, mulai dari Sekjen, Kepala Biro Umum, sampai sampai sekretaris saya potong gaji," imbuh Enggartiasto.

 

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

2 dari 2 halaman

Meski Ekspor Lambat tapi di Atas Target APBN

Di hadapan civitas academica, politikus Nasdem ini mengakui, pertumbuhan ekspor Indonesia 2018 sebesar 6,5 persen memang lebih rendah dari target yang dipatok Kementeriannya, yakni 11,5 persen.

Namun, pertumbuhan ekspor yang demikian berada di atas target yang ditetapkan di dalam APBN. "Tapi dari sisi APBN, 6,5 persen itu di atas dari persyaratan agar pertumbuhan ekonomi kita di atas 5 persen," tutur dia.

"Dalam menyusun APBN itu seperti bejana berhubungan. Jadi kalau kita tetapkan pertumbuhan ekonomi kita di atas 5 persen, maka ada persyaratan berapa ekspor, inflasi dan lain-lain, sehingga ketemu-lah angka," ia menambahkan.

Sementara terkait impor, kata Enggartiasto, memang harus dilakukan. Sebab, bahan baku dan barang modal memang belum bisa diproduksi di dalam negeri.

"Pertumbuhan impor kita tak usah kita kecil hati karena mayoritas bahan baku dan barang modal. Barang modal mulai traktor, rel, kemudian hal yang dibutuhkan dalam pembangunan infrastruktur kita yang tidak bisa diproduksi di dalam negeri," ujar dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Â