Liputan6.com, Jakarta Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menawarkan bantuan kepada otoritas keselamatan penerbangan Ethiopia untuk melakukan investigasi jatuhnya pesawat ET 302 milik Ethiopia Airlines.
Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub Polana B Pramesti mengaku telah mengirimkan surat ke pemerintah Ethiopia mengenai penawaran bantuan tersebut.
"Kami sudah sampaikan langsung surat resmi ke otoritas Ethiopia untuk menyampaikan bela sungkawa dan mendukung apabila pengalaman yang pernah kami alami di Indonesia, kejadian kecelakan PK-LQP bisa membantu investigasi jatuhnya ET 302," kata Polana di kantornya, Rabu (13/3/2019).
Advertisement
Bahkan dia telah menyiapkan tim dari Direktur Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat serta Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk terbang ke Ethiopia jika surat penawaran bantuan tersebut disetujui.
Polana menambahkan dengan terlibatnya Indonesia dalam investigasi ini diharapkan bisa menjadi bahan evaluasi seluruh maskapai di dunia yang juga menggunakan Boeing 737 Max 8.
Tidak hanya itu, Dirjen Perhubungan juga telah menyurati Federal Aviation Administration (FAA) yang merupakan otoritas penerbangan sipil Amerika Serikat (AS) terkait permintaan pendampingan ulang terhadap pengoperasian Boeing 737 Max 8.
"Karena setelah kejadian PK LQP itu FAA sudah mengeluarkan panduan tambahan dan diserahkan ke seluruh otoritas penerbangan dan operator di seluruh dunia. Itu juga untuk menjamin aspek savety terkait pengoperasian pesawat Boeing 737 Max 8," tegasnya.
"Surat ini baru kita kirimkan hari ini, semoga FAA bisa cepat menanggapi dan kita bisa jadikan panduan bagi kita," pungkas Polana.
CEO Ethiopian Airlines: Pilot Alami Masalah Kontrol Penerbangan Sebelum Jatuh
CEO Ethiopian Airlines, Tewolde GebreMariam, mengatakan bahwa pilot ET 302 yang jatuh pada Minggu 10 Maret, mengalami "masalah kontrol penerbangan" tak lama sebelum kecelakaan fatal.
"Rekaman percakapan dengan kontrol lalu lintas udara merinci detik-detik terakhir penerbangan," kata GebreMariam, sebagaimana dikutip dari CNN pada Rabu (13/3/2019).
"Pilot mengalami kesulitan dengan kontrol penerbangan pesawat, jadi dia meminta untuk kembali mendarat," lanjutnya.
Baca Juga
Ditambahkan oleh GebreMariam, bahwa pilot telah diizinkan kembali ke darat, tapi keputusan itu diberikan bersamaan dengan Ethiopian Airlines ET 302 menghilang dari radar.
Semua yang ada di dalam pesawat Boeing 737 MAX 8 itu, 157 orang, tewas enam menit setelah lepas landas dari Addis Ababa menuju Nairobi.
Kecelakaan ini adalah kedua kalinya terjadi dalam kurun waktu kurang dari enam bulan pasca-jatuhnya Lion Air JT 610 pada Oktober lalu, yang sama-sama menggunakan Boeing 737 MAX 8, serta seluruh penumpang dan awak kabin tewas.
Sejak tragedi Lion Air, GebreMariam menambahkan, semua pilot Ethiopian Airlines telah menerima pelatihan tambahan tentang prosedur penerbangan yang melibatkan 737 MAX 8.
"Kami percaya kesamaan (kecelakaan) itu substansial," kata GebreMariam, seraya menambahkan bahwa kedua insiden terjadi pada model pesawat baru yang sama, dan juag terjadi hanya beberapa menit setelah lepas landas.
Baik tragedi jatuhnya Lion Air atau Ethiopian Airlines, kini masih dalam penyelidikan berbagai pihak terkait, dan belum menunjukkan bukti bahwa keduanya memiliki hubungan sebab akibat yang terkait.
Simak video pilihan berikut:
Advertisement