Liputan6.com, Jakarta Indonesia tengah kebanjiran teh dari negara lain. Salah satunya dari Thailand atau lebih dikenal dengan sebutan Thai Tea.
Ketua Bidang Kerjasama Dalam dan Luar Negeri Dewan Teh Indonesia (DTI), Iriana Ekasari mengungkapkan, terjadi demand atau permintaan cukup tinggi dari pasar dalam negeri. Namun produksi teh tanah air tidak mencukupi. Padahal, kualitas Thai Tea tidak jauh lebih baik dari teh asli Indonesia.
"Kita juga kebanjiran teh dari Thailand dan ini isinya 400 gram Rp 50 ribu, satu cup sekitar 2 gram. Ini yang banyak dipakai di mall-mall, Thai Tea. Jadi dalamnya tidak lebih baik dari teh kita, kita bisa menghasilkan teh seperti ini," kata dia di Menara Kadin, Jakarta, Rabu (13/3/2019).
Advertisement
Dia mengatakan, Indonesia merupakan pasar yang potensial untuk teh. Sayangnya, industri teh dalam negeri belum mampu memaksimalkan potensi tersebut.
"Jadi pasar kita itu menjadi pasar yang besar untuk teh, cuma bagaimana industri dalam negeri memanfaatkan peningkatan pasar ini,"Â jelas dia.
Dia mengungkapkan, terjadi kenaikan konsumsi di pasar dalam negeri. Namun ironisnya hal tersebut juga dibarengi dengan kenaikan impor teh hingga 400 ribu ton.
Perbandingan impor dibanding ekspor secara volume adalah 27 persen dari total ekspor. "Kita secara value sudah 30 persen. Jadi kalau kita ekspor 100 juta Dolar, kita Impor 27 juta," ungkap dia.
Â
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
Hal Lain
Selain itu, Indonesia dinilai kurang kuat membuat branding tehnya. Sehingga ketika ada turis datang ke Indonesia tidak tertarik untuk membawa pulang teh sebagai oleh-oleh ke negara asalnya.
"Jadi kita sebenarnya punya pasar di dalam negeri. Produksi 140 ribu ton, impor 15 ribu ton, total 155 ribu ton. Ekspornya hanya 49 ribu," ujarnya.
Kondisi ini menjadi tantangan sendiri bagi industri teh tanah air. "Padahal teh kita bisa dijadikan Indonesian Signature yang punya taste sendiri, disinilah tantangan industri untuk berinvestasi supaya teh teh anda menjadi premium dan naik," tutupnya.
Advertisement