Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Senin pekan ini. Indeks dolar hari ini diperkirakan melemah terhadap hampir semua mata uang kuat utama dunia.
Mengutip Bloomberg, Senin (18/3/2019), rupiah dibuka di angka 14.237 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.260 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.222 per dolar AS hingga 14.245 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih menguat 1,07 persen.
Advertisement
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.242 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 14.310 per dolar AS.
Baca Juga
Ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail mengatakan, indeks dolar hari ini diperkirakan melemah terhadap hampir semua mata uang kuat utama dunia.
"Rupiah kemungkinan menguat seiring pelemahan dolar serta surplusnya data neraca perdagangan Januari sebesar 330 juta dolar AS," ujar Ahmad.
Kemungkinan terkoreksinya dolar AS sendiri didorong oleh melemahnya data Industrial Production Index (IPI) AS menjadi 0,1 persen (bulan ke bulan/mom) di bulan Februari dibandingkan konsensus sebesar 0,2 persen (mom).
Menurut Ahmad, rendahnya pertumbuhan IPI tersebut menunjukan pelemahan yang semakin jelas terhadap ekonomi AS di triwulan pertama 2019.
Sementara itu, poundsterling meningkat terhadap dolar setelah parlemen Inggris memutuskan untuk menolak proposal “No-deal Brexit” dalam proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa.
"Rupiah kemungkinan menguat ke level 14.200 per dolar AS sampai 14.250 per dolar AS," kata Ahmad.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
BI Nilai Rupiah Masih Terlalu Murah
Sebelumnya, Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengatakan nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) ke depannya masih berpotensi untuk terus menguat.
"Nilai tukar rupiah ke depan akan bergerak stabil dan rupiah saat ini masih undervalued," kata Perry saat ditemui di Mesjid BI, Jakarta, Jumat (22/2/2019).
Perry mengungkapkan ada 4 faktor yang akan menjadi pendorong stabilitas rupiah di tahun ini.
BACA JUGA
"Jadi ke depan stabilitas rupiahakan didukung oleh 4 hal, yakni masuknya aliran modal asing tambah suplai valas (valuta asing) dalam negeri ,kedua fundamental ekonomi lebih baik dari sisi pertumbuhan,inflasi rendah dan CAD yang juga menurun," ujarnya.
Selain itu, kenaikkan suku bunga AS atau FFR yang dilakukan oleh The Fed tidak akan seagresif tahun lalu. Hal itu membuat posisi Rupiah semakin aman di pasar.
"Tentu saja ketiga FFR yang kan lebih rendah semula 3 kali, kemudian diturunkan 2 kali dan diperkirakan tahun ini hanya naik 1 kali FFR," jelasnya.
Terakhir adalah mekanisme pasar yang dinilai semakin membaik.
"Keempat mekanisme pasar yang terus semakin baik, baik di swap, dan DNDF (Domestic Non Deliverable Forward)," tutupnya.
Advertisement