Sukses

Sarinah Targetkan Pendapatan Rp 892 Miliar Tahun Ini

Pendapatan Sarinah sebagian besar diperoleh dari lini perdagangan

Liputan6.com, Jakarta Kinerja PT Sarinah (Persero) terus meningkat. BUMN yang mengelola perdagangan, ritel dan properti ini menargetkan dapat meraih pendapatan hingga Rp 892 miliar di 2019.

Direktur Utama PT Sarinah, Sugiarta Yasa mengatakan, pendapatan Sarinah naik 156 persen menjadi Rp 724 miliar pada 2018. Pendapatan sebagian besar diperoleh dari lini perdagangan yang menyumbang sekitar 70 persen dari total pendapatan. Sementara untuk laba, Sarinah meraup Rp 20 miliar tahun lalu.

"Tahun 2018 pendapatan kami naik 156 persen jadi Rp 724 miliar. Untuk laba Rp 31 miliar itu sebelum pajak, setelah dipotong pajak jadi Rp 20-an (miliar). Sebagian besar dari trading," jelas Sugiarta di Gedung Sarinah Departemen Store, Selasa (19/3/2019).

Menanggapi fenomena industri ritel yang sedang melempem, Sugiarta menyatakan Sarinah memang sedang berbenah. Bila sebelumnya lini perdagangan mendominasi bisnis ini, kini Sarinah akan fokus dalam bisnis ritel dengan membuat penjualan produk terdigitalisasi dan mengoptimalkan online store Sarinah.

"Penjualan online sejak akhir 2017 Alhamdulillah berkontribusi meskipun presentasinya belum terlalu besar, kurang dari 10 persen, tapi kami akan terus berusaha masuk ke platform digital karena kalau tidak, Sarinah akan tertinggal," ujar Sugiarta.

2 dari 2 halaman

Perluas Pasar Global, Sarinah Incar Arab Saudi dan Afrika Selatan

Produk lokal semakin mendunia di tangan PT Sarinah (Persero). Pada 2019, BUMN sektor ritel produk lokal ini targetkan kerja sama dengan Afrika Selatan dan Saudi Arabia untuk perluas pasar dan meningkatkan ekspor.

Direktur Ritel PT Sarinah, Lies Permana Lestari menyatakan, saat ini Sarinah menjalin kerja sama internasional dengan negara di Asia Tenggara seperti Singapura. Lies menambahkan, Afrika dan Arab Saudi menjadi negara yang potensial untuk ekspor.

"Sekarang kita sudah kerja sama dengan Singapura dan beberapa negara lain di Asia Tenggara, lalu Afrika Selatan kita akan bidik itu karena potensinya bagus sekali, tapi masih penjajakan. Lalu Saudi (Arabia) juga masih penjajakan," ujar Lies di Gedung Sarinah Departemen Store, Selasa (19/03/2019).

Potensi ekspor Indonesia di industri tekstil memang sangat besar. Bahkan, industri tekstil menyumbang 1,8 persen terhadap produk domestik bruto (PDB), menurut data Kementerian Perindustrian. Kesempatan ini akan dimanfaatkan oleh Sarinah, bukan hanya mengejar laba tapi mengenalkan budaya Indonesia ke dunia.

Hingga saat ini, PT Sarinah telah merangkul 1.200 UMKM yang fokus memproduksi wastra batik maupun tenun dan kerajinan khas Indonesia lainnya. Diharapkan jumlahnya akan terus bertambah guna melestarikan produk dan budaya Indonesia.

"Jumlah UMKM yang aktif saat ini ada sekitar 1.200, dan ada juga yang dari Rumah Kreatif BUMN (RKB) yang mungkin jumlahnya bertambah," tambah Lies.

 

Video Terkini