Sukses

Terkuak, Donald Trump Numpuk Utang USD 2 Miliar

Bank Jerman ini pinjamkan uang USD 2 miliar untuk Trump.

Liputan6.com, Jakarta Deutsche Bank meminjamkan lebih dari USD 2 miliiar atau Rp 28,4 triliun (Kus USD 1 = Rp 14.237) kepada Donald Trump sebelum ia menjadi presiden AS.

Dilansir dari laman CNBC, laporan ini didapatkan oleh The New York Times setelah mewawancarai lebih dari 20 mantan dan eksekutif saat ini dan anggota dewan Deutsche Bank.

Dari hasil ini terkuak bagaimana Trump telah berhasil mengamankan pembiayaan dari bank Jerman selama hampir dua dekade terlepas dari kebangkrutannya, dan ini membuatnya menjadi salah satu klien yang berisiko untuk diberikan pinjaman.

Pemberitaan ini ada setelah dua pemberi pinjaman terbesar Jerman, Deutsche Bank dan Commerzbank mengkonfirmasi hal ini pada Minggu saat mereka melakukan pembicaraan tentang merger.

Kabarnya Trump selalu membesar-besarkan kekayaannya dan berjanji akan memberi hadiah kepada para bank agar mendapatkan pinjaman. Trup memberikan iming-iming kepada siapapun yang memberikannya pinjaman, maka ia dapat berkahir pekan di Mar-a-Lago klub pribadinya di Palm Beach, Florida.

Selama bertahun-tahun, Trump telah menggunakan pinjaman yang diberikan Deutsche Bank ini untuk membangun gedung pencakar langit dan properti kelas atas lainnya.

The Times menambahakan, Alasan Deutsche Bank lakukan ini agar dapat membangun bisnis perbankan investasi. Namun sayangnya hal ini belum dapat dikonfirmasi oleh kedua belah pihak, Deutsche Bank dan Trump.

2 dari 3 halaman

Bos The Fed Tak Takut Dipecat Donald Trump

Pemimpin The Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell tidak gentar jika dipecat oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Powell pun menyebut hanya mengikuti aturan hukum.

"Saya memiliki masa jabatan selama empat tahun dan saya sepenuhnya berniat untuk mengikutinya," tegas Powell kepada CBS.

Menurut hukum AS, presiden berhak memilih pemimpin the Fed selaku bank sentral negara itu, tetapi presiden tak bisa begitu saja memecat pemimpin the Fed. Sepanjang sejarah AS juga tidak ada preseden pemecatan ketua the Fed oleh presiden AS.

Presiden Trump memang sudah terbuka kesal terhadap The Fed yang kerap menaikkan suku bunga. Namun, the Fed sedang mengambil kebijakan wait-and-see dan menahan laju suku bunga. Powell mengaku langkah itu tidak dipengaruhi oleh retorika Presiden Trump.

"Kami tidak akan pernah menerapkan kebijakan berdasarkan pertimbangan politik," ucap Powell.

Mengenai ekonomi AS, pemimpin the Fed juga optimistis. Ia menyebut tidak melihat adanya resesi ekonomi dalam waktu dekat.

Dia pun turut mengomentari melambatnya ekonomi China dan percaya ekonomi China tidak akan sepenuhnya negatif. "Otoritas China telah menerapkan banyak kebijakan untuk mendukung pertumbuhan di China," ujar Powell.  

3 dari 3 halaman

Mantan Ketua The Fed Sebut Trump Tak Paham Ekonomi

Presiden Trump sebelumnya mendapat sindiran keras dari Janet Yellen yang merupakan mantan pemimpin Bank Sentral AS alias Federal Reserve. Yellen mengkritisi pemahaman Trump soal kebijakan ekonomi.

Dilansir dari CNBC, Yellen mengungkapkan itu pada sebuah wawancara radio ketika ditanya apakah menurutnya Trump memiliki pemahaman soal kebijakan ekonomi. Jawaban yang Yellen berikan cukup mengejutkan.

"Tidak, saya tak berpikir demikian," ujarnya. 

Lebih lanjut, Trump dianggap Yellen tak paham tugas Fed, yakni penyerapan tenaga kerja maksimal dan stabilitas harga. "Itu adalah tugas-tugas yang Kongres serahkan pada Fed," jelas Yellen.

Bank Sentral AS pada dasarnya memang memiliki tiga tugas utama dalam ekonomi, yakni: memelihara tingkat maksimum ketenagakerjaan, menjaga harga stabil, dan mendukung tingkat suku bunga yang moderat dalam jangka panjang.

Yellen juga khawatir pada pemimpin Bank Sentral AS saat ini yang kerap disindir oleh Presiden Trump. Komentar Trump, menurut Yellen, mengganggu independensi Bank Sentral. Ini pun bisa memberi dampak buruk jika kondisi ekonomi sedang memburuk.

"Komentar-komentar Presiden Trump tentang Ketua Powell dan tentang Fed membuat saya khawatir, karena dua hal itu saya pikir memeiliki dampak, terutama jika kondisi AS sedang menurun, maka (komentar itu) dapat mengurangi kepercayaan pada Fed. Dan saya pikir itu adalah hal buruk," pungkasnya.

Video Terkini