Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah dunia bertahan mendekati level tertinggi dalam empat bulan di tengah ekspektasi bahwa OPEC akan melanjutkan pengurangan produksi hingga akhir tahun dan menjelang rilis data persediaan minyak mentah mingguan AS.
Melansir laman Reuters, Rabu (20/3/2019), harga minyak mentah Brent ditutup 7 sen lebih tinggi ke posisi USD 67,61 per barel, patokan tertinggi sejak November 2018.
Baca Juga
Adapun West Texas Intermediate (WTI) berjangka AS menyentuh posisi tertinggi sejak November di USD 59,57 per barel tetapi berakhir pada USD 59,03 per barel, atau turun 6 sen.
Advertisement
Harga minyak beringsut naik setelah data dari American Petroleum Institute (API), sebuah kelompok industri, menunjukkan penurunan mengejutkan pada persediaan minyak mentah.
Beberapa analis menyatakan kekhawatiran bahwa pembatalan itu terkait dengan ketegangan antara Arab Saudi, kepala OPEC secara de facto, dan Rusia, produsen non-anggota kelompok terbesar yang menyetujui pengurangan produksi tahun lalu.
"Langkah untuk membatalkan pertemuan lebih disukai Rusia daripada Arab Saudi, yang awalnya ingin menggunakan pertemuan itu untuk memperpanjang pembatasan produksi sampai akhir tahun," kata Commerzbank dalam sebuah catatan.
Para anggota OPEC selanjutnya akan bertemu pada bulan Juni.
"Namun, saya pikir OPEC dan produsen non-OPEC bertekad untuk menyeimbangkan dinamika penawaran dan permintaan," kata Andy Lipow, Presiden Lipow Oil Associates di Houston.
Â
Kedua tolok ukur minyak dunia tersebut melemah setelah Bloomberg melaporkan pejabat AS khawatir Beijing mendorong kembali tuntutan Washington selama pembicaraan perdagangan, menurunkan harapan untuk resolusi perang tarif yang telah mengancam permintaan minyak global.
"Itu telah merobohkan pasar," kata Bob Yawger, Direktur Berjangka Mizuho di New York. "Sekarang pada dasarnya kita berada di tangan API dan AMDAL."
Adapun stok minyak mentah turun 2,1 juta barel dalam pekan hingga 15 Maret menjadi 446,8 juta, dibandingkan dengan ekspektasi analis untuk kenaikan 309.000 barel, data menunjukkan.
Sementara harga minyak telah melaju lebih dari 20 persen sejak Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya mulai membatasi pasokan pada awal tahun.
Â