Liputan6.com, Jakarta Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi berharap, pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) tak terganggu jelang hajatan pemilihan presiden dan wakil presiden (Pilpres).
Selain itu, kegiatan pemilihan umum (Pemilu) legislatif pada periode yang sama juga diharapkan tak berdampak pada pola gerak IHSG.
"Dalam waktu dekat ada Pilpres, tetapi saya katakan 3 Pemilu sebelumnya bahwasanya korelasinya tidak terlalu banyak jadi harapannya korelasinya pun tahun ini tidak banyak terhadap indeks kita yakni ihsg," ungkapnya di Jakarta, Rabu (20/3/2019).
Advertisement
Dia menambahkan, tantangan sentimen global juga akan terus diamati perubahannya oleh perusahaan. Itu seperti ketidakpastian Brexit maupun perang dagang Amerika-China.
Oleh karena itu, pihaknya menekankan akan berusaha semaksimal mungkin menjaga daya saing pasar modal Indonesia untuk tetap kompetitif.
"Memang tantangan global ini ada kebijakan the fed dan kebijakan bank sentral dunia. Kemudian ketegangan dagang Amerika-China. Lalu proyeksi perlambatan ekonomi global. Serta volatilitas daripada harga minyak dunia," ujarnya.
"Tetapi kami akan tetap berupaya jadi penyelenggara efek perdagangan efek yang terpercaya. Visi misi dan core value terus kita kedepankan seperti menjadi bursa kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia," dia menambahkan.
Selain Pemilu, Pasar Modal RI Bakal Hadapi Tantangan Ini pada 2019
Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi mengungkapkan sejumlah tantangan pasar modal RI pada 2019.
Selain aspek global, tantangan domestik banyak ikut serta mempengaruhi bursa saham Indonesia. Dia melanjutkan, dari dalam negeri, ada enam tantangan yang akan dihadapi pasar modal Indonesia. Sedangkan dari global, akan ada lima tantangan.
"Dalam negeri, ada laporan kinerja keuangan emiten, produk pasar modal, kebijakan moneter kenaikan suku bunga, Pemilu Presiden dan Legislatif, pengembangan sumber daya manusia (SDM), dan kebijakan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD)," ujar dia di Jakarta, Rabu (20/3/2019).
Baca Juga
Meski begitu, pihaknya menekankan tetap berupaya menjadi penyelenggara efek perdagangan yang terpercaya seperti mengedepankan visi misi serta core value perusahaan.
"Kalau untuk luar negeri, tantanganya ada kebijakan moneter The Fed dan berbagai bank sentral dunia, perang dagang Amerika-China, proyeksi perlambatan ekonomi global, harga minyak dunia hingga Brexit," ujar dia.
Untuk itu, dirinya mengaku akan menambah produk-produk investasi di pasar modal.
"Jadi selain menunggu apakah kebijakan suku bunga tetap ataukah naik, mungkin produk-produk saat ini masih agak kurang ya di pasar modal. Kita akan tingkatkan, perbanyak produk-produk di pasar modal," pungkas dia.
Â
Advertisement