Sukses

Jelang RDG BI, IHSG Diprediksi Melemah

IHSG diprediksi cenderung menurun pada perdagangan saham hari ini.

Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi akan cenderung menurun pada perdagangan saham Kamis. Gerak IHSG diperkirakan melemah (bearish) pada rentang 6.464-6.499.

Secara teknikal, trend pelemahan masih akan berlanjut dalam jangka pendek. Selain itu, investor juga akan mengantisipasi keputusan 7-day repo rate dari Bank Indonesia.

"Tak hanya itu, pergerakan IHSG akan dipengaruhi keputusan suku bunga The Fed. IHSG kemungkinan diperdagangkan pada level 6.464-6.499," tutur Analis PT Artha Sekuritas Dennies Christoper Jordan di Jakarta, Kamis (21/3/2019).

Meski begitu, Fund Manager PT Valbury Capital Management Suryo Narpati berpendapat IHSG tetap akan menguat. Kata dia, IHSG berpeluang menghijau pada hari ini.

"Ekspektasi pasar bahwa dalam rapat dewan gubernur (RDG) BI dan juga rapat FOMC keduanya akan menahan suku bunga, ditambah sentimen dari Fitch Ratings yang menetapkan peringkat utang Indonesia berada di posisi BBB dengan outlook stable dapat menjadi katalis positif bagi IHSG untuk dukungannya bergerak ke teritorial positif pada hari ini," ujar dia.

Pada Rabu waktu setempat, bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve mengumumkan mempertahankan suku bunga acuan. The Fed memutuskan mempertahankan suku bunga acuan dalam kisaran 2,25 persen-2,5 persen. The Federal Reserve memberi sinyal tidak lagi menaikkan suku bunga acuan pada 2019.

Adapun dia memprediksi IHSG berada di kisaran 6.462-6.511.Saham rekomendasi hari ini ialah saham PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), dan PT Adaro Energy Tbk (ADRO).

Kemudian Suryo menganjurkan saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Adhi Karya Tbk (ADHI), serta PT Astra International Tbk (ASII).

2 dari 2 halaman

Rupiah Menguat ke 14.185 per Dolar AS, IHSG Hanya Naik Terbatas

Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hanya naik terbatas usai sempat melemah pada perdagangan saham Rabu pekan ini.

Pada penutupan perdagangan saham, Rabu (20/3/2019), IHSG naik 2,43 poin atau 0,04 persen ke posisi 6.482,71. Indeks saham LQ45 menanjak 0,10 persen ke posisi 1.020,38. Sebagian besar indeks saham acuan menguat.

Sebanyak 178 saham menghijau sehingga mengangkat IHSG ke zona hijau. 195 saham melemah sehingga menahan penguatan IHSG. 144 saham diam di tempat.

Pada Rabu pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.498,42 dan terendah 6.493,94. Transaksi perdagangan saham cukup ramai.

Total frekuensi perdagangan saham 420.003 kali dengan volume perdagangan saham 16,6 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 8,1 triliun. Investor asing beli saham Rp 260,95 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.185.

Sebagian besar sektor saham sama-sama menguat dan melemah. Sektor saham infrastruktur turun 0,82 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Disusul sektor saham pertanian merosot 0,33 persen dan sektor saham aneka industri tergelincir 0,29 persen.

Sedangkan sektor saham tambang naik 0,49 persen dan sektor saham keuangan menguat 0,30 persen.

Saham-saham catatkan top gainers antara lain saham COCO mendaki 69,70 persen ke posisi 336 per saham, saham CAKK melonjak 35 persen ke posisi 216 per saham, dan saham JSKY menanjak 17,27 persen ke posisi 1.460 per saham.

Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham SIMA merosot 24,75 persen ke posisi 298 per saham, saham JAYA melemah 18,32 persen ke posisi 165 per saham, dan saham TRIS susut 12,71 persen ke posisi 206 per saham.

Bursa saham Asia bervariasi. Indeks saham Hong Kong Hang Seng turun 0,49 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi turun 0,02 persen, indeks saham Shanghai melemah 0,01 persen dan indeks saham Singapura tergelincir 0,41 persen.

Sedangkan indeks saham Jepang Nikkei naik 0,20 persen, indeks saham Thailand menguat 0,03 persen dan indeks saham Taiwan mendaki 0,37 persen, dan bukukan penguatan terbesar.

Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, para pelaku pasar masih menantikan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve. Di sisi lain, dinamika proses Brexit masih kurang kondusif. Hal ini pengaruhi laju IHSG.

"Meski pun demikian, fundamental makro ekonomi domestik yang cenderung stabil memberikan efek positif bagi tercatatnya net buy asing," tutur dia.

 

Video Terkini