Sukses

Harga Minyak Turun Tipis, Tapi Masih di Kisaran Level Tertinggi Sepanjang 2019

Harga minyak mentah telah didorong naik sejak awal 2019 oleh pemotongan pasokan yang dipimpin oleh OPEC.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak sedikit turun pada perdagangan Kamis (Jumat pagi waktu Jakarta) tetapi masih mendekati level tertinggi di 2019. Hal tersebut didukung oleh pengurangan produksi OPEC dan juga sanksi AS terhadap Iran dan Venezuela.

Mengutip CNBC, Jumat (22/3/2019), harga minyak mentah berjangka AS mengakhiri sesi 25 sen lebih rendah ke level USD 59,98 per barel, Harga miyak ini mencapai level intraday tertinggi sejak 12 November pada hari sebelumnya di USD 60,39 per barel.

Sedangkan harga minyak mentah berjangka internasional Brent turun 47 sen menjadi USD 68,03 per barel, setelah mencapai level tertinggi sejak 13 November di USD 68,69 per barel pada awal sesi.

Harga minyak mentah telah didorong naik sejak awal 2019 oleh pemotongan pasokan yang dipimpin oleh OPEC, serta sanksi yang diberlakukan terhadap Iran dan Venezuela oleh AS.

Penurunan produksi telah menyebabkan pengetatan persediaan global. Konsultan yang berbasis di Wina, JBC Energy memperkirakan stok telah turun sangat besar hingga 40 juta barel sejak pertengahan Januari.

Selain penurunan stok minyak dari OPEC, AS juga mengalami penurunan produksi hampir 10 juta barel didorong oleh ekspor yang kuat dan permintaan penyulingan yang tinggi.

Penurunan cepat stok minyak ini terjadi meskipun banyak kilang menjalani pemeliharaan musiman menjelang permintaan puncak musim panas.

2 dari 2 halaman

Perdagangan Sebelumnya

Pada perdagangan sebelumnya, harga minyak mentah AS menguat ke level tertinggi dalam empat bulan di atas USD 60 per barel. Hal ini usai data pemerintah AS menunjukkan pengetatan pasokan minyak domestik, tetapi kenaikan dibatasi kekhawatiran atas pertumbuhan ekonomi global karena perang dagang AS-China yang sedang berlangsung.

Harga minyak naik setelah the US Energy Information Administration (EIA) melaporkan penurunan besar dan tak terduga untuk persediaan minyak mentah karena ekspor kuat dan permintaan penyulingan.

Stok turun 9,6 juta barel pada pekan lalu dibandingkan harapan analis untuk kenaikan 309.000 barel. Persediaan bensin dan sulingan turun lebih dari yang diharapkan. Stok bensin turun 4,6 juta barel, sementara persediaan sulingan merosot 4,1 juta barel.

"Laporan itu bullish karena persediaan minyak mentah yang besar, dan merupakan fungsi dari tingkat impor yang rendah dan volume ekspor tinggi," ujar Partner Again Capital LLC, John Kilduff.

"Inventaris secara keseluruhan menurun dalam minyak mentah dan produk olahan menekankan pasar yang mengetat," ia menambahkan.