Sukses

The Fed Kurang Agresif, Ketidakpastian Global Berkurang

Bank Indonesia menilai, ketidakpastian global dorong aliran dana ke emerging market.

Liputan6.com, Yogyakarta - Ekonomi global saat ini melambat.  Ini ditunjukkan dari kondisi di Amerika Serikat, Eropa dan China. Namun, kondisi tersebut membuat ketidakpastian di pasar keuangan menjadi berkurang.

Deputi Direktur Departeman Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI), IGP Wira Kusuma mengatakan, melambatnya ekonomi global membuat ketidakpastian menurun karena beberapa faktor.

Salah satunya adalah Federal Funds Rate (FFR) atau suku bunga antarbank the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS yang saat ini lebih dovish.

"Kalau kita lihat ketidakpastian pasar keuangan globalnya berkurang karena FFR itu lebih dovish sekarang," kata dia dalam acara pelatihan wartawan di Yogyakarta, Sabtu (23/3/2019).

Kondisi tersebut membuat aliran modal ke emerging market (negara berkembang) terus meningkat. 

"Ketidakpastian global mendorong aliran modal ke emerging market termasuk Indonesia meningkat. Inilah yang membantu financial account kita," ujar dia.

Selain itu, kebijakan moneter di advance country lainnya mengalami perubahan. "Menyebabkan likuiditas di emerging market termasuk Indonesia menjadi bertambah," kata dia.

Di sisi lain, geopolitik, perang dagang serta proses  brexit masih mempengaruhi kondisi perekonomian global.

"Itu dampak ke perekonomian domestik melalui trade channel dan dinamika pasar keuangan global pengaruhi perekonomian domestik melalui financing channel. Mulai dari ekspor melambat dan konsumsi tetap kuat," kata dia.

 

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

 

2 dari 2 halaman

BI Melihat Pertumbuhan Ekonomi Melambat

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) melihat pertumbuhan ekonomi global pada Maret 2019 masih melambat. Namun ketidakpastian pasar keuangan berkurang.

Gubernur BI, Perry Warjiyo mengungkapkan kondisi ekonomi Amerika Serikat (AS) tumbuh melambat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Diantaranya adalah berkurangnya stimulus fiskal di negara Paman Sam tersebut.

"Menurunnya produktivitas tenaga kerja, dan melemahnya keyakinan pelaku usaha," kata Perry di kantornya, Kamis 21 Maret 2019.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Eropa akan makin melambat dipengaruhi oleh menurunnya ekspor akibat permintaan dari China yang terbatas serta beberapa faktor lainnya.

"Melemahnya keyakinan usaha, dan berlanjutnya ketidakpastian penyelesaian masalah Brexit," ujarnya.

Selanjutnya, ekonomi China juga tumbuh melambat dipengaruhi tertundanya stimulus fiskal dan belum meredanya ketegangan hubungan dagang dengan AS.

Perry menjelaskan, sSejalan dengan pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat, harga komoditas global, termasuk harga minyak dunia juga menurun. Respons normalisasi kebijakan moneter di negara maju cenderung tidak seketat perkiraan semula sehingga ketidakpastian pasar keuangan global berkurang.

"Perkembangan ekonomi dan keuangan global tersebut di satu sisi memberikan tantangan dalam mendorong ekspor, namun di sisi lain lebih positif bagi aliran masuk modal asing ke negara berkembang, termasuk Indonesia," ujar dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Â