Liputan6.com, Jakarta - PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) akan membagikan dividen tunai untuk tahun buku 2018. Hal tersebut disampaikan pada saat Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang berlangsung pada Senin ini.
Adapun rasio dividen tunai direncanakan antara 20-30 persen dari laba WIKA tahun buku 2018 sebesar Rp 2,073 triliun. Itu berarti, dividen tunai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) karya tersebut sekitar Rp 414,6 miliar hingga Rp 621,9 miliar.
"Range dividen antara 20 persen sampai dengan 30 persen. Karena kami juga membutuhkan investasi yang cukup besar untuk mengerjakan proyek-proyek. Tahun ini investasi yang kami anggarkan mencapai Rp 18,9 triliun," ujar Direktur Utama WIKA Tumiyana di Jakarta, Senin (25/3/2019).
Advertisement
Baca Juga
Adapun dividen tunai WIKA untuk tahun buku 2017 ditetapkan sebesar Rp 26,8 per saham. Total dividen Perseroan mencapai Rp 240,41 miliar, sekitar 20 persen dari laba pada 2017 sebesar Rp 1,202 triliun.
Tumiyana menambahkan, untuk tahun ini pihaknya menargetkan perolehan laba sebesar Rp 3,010 triliun. Sementara itu, kontrak dihadapi (order book) diperkirakan mencapai Rp 145,543 triliun. Itu terdiri dari kontrak baru sebesar Rp 61,743 triliun dan kontrak lanjutan tahun sebelumnya Rp 42,132 triliun.
Di sisi lain, lanjut dia, dari total investasi sebesar Rp 18,198 triliun yang dialokasikan sepanjang tahun ini, sebesar 43 persen diantaranya akan dipakai untuk membiayai proyek-proyek di sektor energi dan industri plant. Sebesar 35 persen bakal digunakan untuk pengerjaan proyek-proyek di sektor building dan properti.
"Sisanya 22 persen diperuntukan bagi proyek di sektor infrastruktur," tandas dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Wika Cetak Laba Bersih Rp 2,07 Triliun pada 2018
PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) membukukan pertumbuhan laba bersih mencapai 52,89 persen pada 2018.
PT Wijaya Karya Tbk meraup laba bersih Rp 2,07 triliun pada 2018 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,36 triliun.
Penjualan perseroan tumbuh 19,03 persen dari Rp 26,18 triliun pada 2017 menjadi Rp 31,16 triliun pada 2018. Penjualan itu belum termasuk proyek kerja sama operasi/KSO).
Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), beban pokok pendapatan naik menjadi Rp 27,55 triliun pada 2018 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 23,30 triliun.
Hal itu mendorong laba kotor perseroan tumbuh 25,32 persen menjadi Rp 3,60 triliun pada 2018 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 2,87 triliun.Â
BACA JUGA
Beban penjualan perseroan naik menjadi Rp 10,44 miliar pada 2018 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 9,95 miliar. Perseroan mencatatkan kenaikan pendapatan lain-lain dari Rp 416,73 miliar pada 2017 menjadi Rp 1,12 triliun pada 2018. Laba usaha tercatat naik menjadi Rp 3,83 triliun pada 2018 dari periode 2017 sebesar Rp 2,32 triliun.
Dengan melihat kondisi itu, laba bersih per saham dasar naik menjadi 193,02 pada 2018 dari periode sama tahun sebelumnya 134,10.
Peningkatan laba bersih dan penjualan itu didukung oleh penerapan teknologi dan inovasi yang menghasilkan efisiensi pada beberapa proyek di antaranya penerapan teknologi BIM dan inovasi simulai WEB cyclone pada proyek new development of oecusse airport project.
Net profit margin (NPM) pada 2018 mengalami kenaikan sebesar 6,65 persen pada 2018 dibandingkan 2017 sebesar 5,18 persen.
Melihat kondisi itu, semakin kuat dengan dicatatkannya arus kas operasi yang positif sebesar Rp 2,72 triliun.
"Perolehan ini semakin memperkuat keyakinan Wijaya Karya untuk merealisasikan target pada 2019 ini," ujar Direktur Utama PT Wijaya Karya Tbk, Tumiyana, dalam keterangan tertulis, Rabu (20/3/2019).
Selain itu, aset perseroan tumbuh 29,65 persen menjadi Rp 59,23 triliun pada 2018 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 45,68 triliun. Sementara itu, perseroan mencatatkan total liabilitas naik menjadi Rp 42,01 triliun pada 2018 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 31,05 triliun.Â
"Performa WIKA selama tahun 2018 menunjukkan bahwa kami sudah on track menghasilkan efisiensi dan berpotensi untuk terus bertumbuh secara finansial maupun portofolio proyek. Kami bersyukur bahwa WIKA telah dipercaya untuk menangani berbagai proyek strategis sehingga ruang PT Wijaya Karya Tbk untuk berkembang masih sangat luas," lanjut Tumiyana.
Secara rasio finansial, posisi hutang berbunga dibandingkan ekuitas perseroan (Gross Gearing Ratio) tercatat berada di level yang rendah yaitu hanya sebesar 0,79 kali, dengan batas hutang berbunga (debt covenant) sebesar 2,5 kali.
Bahkan apabila hutang berbunga dikurangi dengan posisi kas setara kas perusahaan dan dibandingkan dengan jumlah ekuitas, perseroan tercatat berada di posisi -0,02 kali.
Hal tersebut berarti PT Wijaya Karya Tbk memiliki kas setara kas Rp 13,97 triliun yang lebih tinggi dibandingkan dengan total hutang berbunga sebesar Rp 13,59 triliun.
Advertisement