Sukses

Meski Rupiah Dibuka Menguat, Potensi Pelemahan Masih Terbuka

Rupiah pada hari ini diperkirakan akan bergerak di kisaran antara 14.156 per dolar AS sampai 14.220 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Selasa ini. Rupiah pada hari ini diperkirakan akan bergerak di kisaran antara 14.156 per dolar AS sampai 14.220 per dolar AS.

Mengutip Bloomberg, Selasa (26/3/2019), rupiah dibuka di angka 14.177 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.185 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang ini, rupiah bergerak di kisaran 14.163 per dolar AS hingga 14.177 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah menguat 1,51 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jidsor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.171 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.223 per dolar AS.

Direktur Utama PT Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, pada pernyataan terakhir bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) memang tidak menyatakan secara implisit jika ekonomi AS terancam resesi.

"Namun para ahli dan analis menakarnya dari ucapan Jerome Powell jika tahun ini The Fed tidak menaikkan suku bunga acuan, bahkan akhir tahun ada kemungkinan menggelontorkan stimulus atau menurunkan suku bunganya," ujar Ibrahim dikutip dari Antara.

Selain itu, lanjutnya, tren penurunan harga minyak memberikan harapan tekanan yang dihadapi oleh neraca transaksi berjalan akan membaik.

"Dengan fondasi devisa dari ekspor-impor barang dan jasa yang lebih tinggi, maka rupiah punya pijakan untuk lebih stabil bahkan menguat," kata Ibrahim.

Kendati demikian, Ibrahim memperkirakan rupiah pada hari ini akan bergerak melemah menuju kisaran antara 14.156 per dolar AS sampai 14.220 per dolar AS.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

BI Perkirakan Nilai Tukar Rupiah Lebih 'Jinak' di 2019

Bank Indonesia memperkirakan volatilitas nilai tukar rupiahterhadap dolar AS pada 2019 tak setinggi 2018. Ini lebih dikarenakan sentimen utama, yaitu The Fed mulai melunak.

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah menjelaskan, pasalnya, pada Rabu (20/3) malam waktu setempat, The Fed mempertahankan suku bunga acuan pada 2,25 - 2,5 persen atau median 2,375 persen.

Penetapan suku bunga itu menguatkan ekspetasi pelaku pasar untuk kebijakan yang lebih melunak (dovish). The Fed juga mengubah sinyalemen untuk arah kebijakan suku bunga dalam jangka menengah, yang menyiratkan jumlah kenaikan suku bunga acuan yang lebih rendah dalam dua tahun ke depan. 

"Seperti hasil FOMC di tanggal 21 Maret, memberi sinyal semakin jelas bahwa mereka tidak akan menaikkan suku bunga, setidaknya untuk tahun 2019 ini. Artinya, satu faktor global itu sudah jelas akan memberikan dukungan terhadap stabilitas rupiah," ujar Nanang di Yogyakarta, Minggu (24/3/2019).

Meski demikian, Nanang menegaskan, Bank Indonesia tidak akan mengendorkan antisipasinya terhadap berbagai potensi gejolak ekonomi global yang mempengaruhi pergerakan rupiah.

Bank Indonesia, saat ini masih mewaspadai dinamika ekonomi global yang bisa memberikan efek rambatan terhadap negara berkembang seperti dari perlambatan pertumbuhan ekonomi di negara maju, yakni Amerika Serikat, China, Jerman, dan Prancis.

"Memang ada faktor lain yang muncul yaitu situasi ekonomi global yang belakangan semakin melemah atau merosot. Tapi berdasarkan beberapa referensi itu akan bangkit di akhir tahun 2019," ujarnya.