Liputan6.com, Jakarta Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto kembali menegaskan upaya pemerintah untuk terus menggenjot ekspor dan menekan impor bahan baku.
Ini dia sampaikan saat melepas Kontainer Ekspor Ke-3.000 PT Bayer Indonesia', di Kompleks Pabrik Bayer Indonesia, Cimanggis, Depok, Rabu (27/3/2019). "Kita ingin ekspor lebih banyak ke pasar global," kata dia.
Baca Juga
Turut hadir dalam acara pelepasan, petinggi dari Kemenperin maupun Bayer Indonesia. Turut hadir, Duta Besar Republik Federasi Jerman untuk Indonesia, Peter Schoof.
Advertisement
Dia turut menyampaikan pesan khusus kepada Duta Besar Schoof terkait bea masuk komoditas Indonesia ke pasar Eropa. Politisi Golkar ini mengatakan bahwa besaran bea masuk dapat menjadi penentu apakah suatu komoditas dapat lebih kompetitif di pasar global.
Dia mencontohkan, produk farmasi Indonesia yang sudah kompetitif di pasar global. Saat ini 80 persen produk PT Bayer Indonesia telah diekspor ke 32 negara. Termasuk di negara dengan aturan ketat, seperti UE, Korea, dan Australia.
"Saya dapat informasi bahwa bagi negara lain termasuk EU, Korea, dan Australia tidak ada bea masuk (untuk produk farmasi). Saya kira itu alasan kenapa kami kompetitif, karena tidak ada bea masuk," ujarnya.
Karena itu, dia mengatakan salah satu dukungan yang dapat diberikan oleh negara Eropa terhadap Indonesia yakni penurunan bahkan penghapusan bea masuk.
"Jadi Pak Duta Besar jika semua komoditas Indonesia diperlakukan sama seperti produk farmasi maka akan lebih banyak lagi produk Indonesia yang diekspor ke Eropa," tandasnya.
Â
Reporter: Wilfridus Setu Umbu
Sumber: Merdeka.com
Tekan Impor Bahan Baku, Menperin Ingin Genjot Investasi Industri Farmasi
Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto menegaskan jika sebagai upaya untuk menekan impor bahan baku industri farmasi diperlukan investasi.
Hal ini dia sampaikan dalam acara 'Peresmian Pelepasan Kontainer Ekspor Ke-3.000 PT Bayer Indonesia,' di Jakarta, Rabu(27/3/2019).
"Impor bahan baku dan impor industri itu sama, harus ada investasi. Jadi kita kejar investasi dulu," kata dia.
Dia mengakui bahwa industri farmasi nasional masih terkendala pasokan bahan baku dari dalam negeri, sehingga hampir 90 persen bahan bakunya masih dipenuhi dari impor.
Saat ini Indonesia masih mengimpor sebesar USD 4 miliar dalam bentuk bahan baku obat dan sekitar USD 800 Juta dalam bentuk obat jadi.
"Untuk farmasi kan impornya masih tinggi. Jadi bahan bakunya," jelas Airlangga.
Selain mendorong investasi, Pemerintah juga akan terus berupaya menggenjot kinerja ekspor Indonesia. Sektor nonmigas, salah satunya farmasi, diakuinya memang berkinerja positif bagi perekonomian nasional.
"Jadi pemerintah Pak Jokowi konsisten menggenjot ekspor dan menekan impor. Dan kalau kita lihat kemarin, 2018 kita kalau sektor nonmigas kan positif sehingga kita genjot terus sektor ini berkontribusi terhadap perekonomian," jelas dia.
"Tentu kita target farmasi ini jadi andalan, karena bea ekspornya kebanyakan negara itu nol jadi potensi Indonesia besar," tandasnya.
Â
Reporter: Wilfridus Setu Umbu
Sumber: Merdeka.com
Advertisement