Liputan6.com, Jakarta - Produsen serat kain viscose rayon nasional, Asia Pasific Rayon (APR) mengincar pasar ekspor ke empat negara di kawasan Asia. Hal ini seiring dengan potensi pertumbuhan kebutuhan serat kain tersebut di pasar global.
Direktur APR, Basrie Kamba mengatakan, saat ini APR telah mengoperasi pabriknya yang berlokasi di Riau dengan nilai Rp 10,9 triliun. Fasilitas produksi tersebut mampu menghasilkan viscose rayon hingga 240 ribu ton per tahun.
"Kami produsen viscose rayon yang terintegrasi satu-satunya di Asia Tenggara. Lokasinya ada di Riau. Kapasitas 240 ribu ton per tahun," ujar dia di kawasan Kemayoran, Jakarta, Jumat ( 29/3/2019).
Advertisement
Baca Juga
Dari jumlah kapasitas produksi tersebut, lanjut dia, lebih dari 50 persennya ditujukan untuk pasar ekspor. Meski saat ini kebutuhan global akan viscose rayon masih terhitung kecil, tapi ke depannya diperkirakan terus meningkat.
"Lebih dari 50 persen kita tujukan untuk ekspor. Dan sisanya tentu saja untuk domestik karena kita kan masih bergantung pada bahan baku dari luar. Kebutuhan global (saat ini) 5,6 juta ton, itu pun hanya 3 persen dari kebutuhan tekstil dunia. Tapi nanti di 2020 kebutuhannya itu akan menjadi 8 juta ton, itu pun masih 7 persen. Di indonesia, saya tidak ada angka pasti tetapi impor viscose di 2017 itu sebesar USD 149 juta‎," ujar dia.
Basrie mengungkapkan, untuk tahap awal, APR mengincar empat negara untuk menjadikan pasar ekspor produknya, yaitu Turki, Pakistan, Bangladesh dan Vietnam.
"Untuk ekspor, pasar kami sementara Turki, Pakistan, Bangladesh dan Vietnam. Memang viscose ini kebanyakan memang untuk pakaian muslim karena dia bahannya jatuh, ringan. Ini juga dipakai untuk brand-brand besar seperti H&M dan lain-lain," tandas dia.
Â
Kemenperin Targetkan Ekspor Produk Tekstil Capai USD 15 Miliar pada 2019
Sebelumnya, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menargetkan ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) mencapai USD 15 miliar pada 2019.
Salah satunya akan dikontribusikan melalui pameran industri tekstil dan produk tekstil bertaraf internasional yaitu Indo Intertex, Inatex, Indo Dyechem, dan Indo Texprint 2019.
Direktur Industri Tekstil, Kulit dan Alas Kaki Kemenperin, Muhdori ‎menyatakan, ‎TPT merupakan salah satu kelompok industri pengolahan yang dikategorikan sebagai industri strategis dan prioritas Nasional sesuai dengan Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN).Â
"Perkembangan industri TPT dalam 2 tahun terakhir terus membaik di pasar domestik maupun global. Hal ini didasarkan pada laju pertumbuhan sampai dengan kuartal IV 2018 yang naik sebesar 8,73 persen serta peningkatan ekspor sebesar 5,55 persen," ujar dia di Jakarta, Kamis 28 Maret 2019.
Berdasarkan data Kemenperin, nilai ekspor dari industri TPT nasional mencapai USD 12,58 miliar pada 2017 atau naik 6 persen dibanding tahun sebelumnya.
Sementara sepanjang 2018, jumlah ekspor industri TPT berkisar USD 13,6 miliar-USD 13,8 miliar, melampaui target ekspor pada tahun tersebut sebesar USD 12,31 miliar.Â
Sedangkan pada 2019, Kemenperin menargetkan nilai ekspor TPT tumbuh sebesar 13 persen atau menjadi USD 15 miliar.‎ Selain itu, konsumsi TPT juga diyakini akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perubahan gaya hidup.Â
"Dalam memanfaatkan peluang ini, pelaku usaha TPT nasional harus bekerja keras untuk meningkatkan produktivitas, kualitas dan efisiensi melalui penerapan teknologi yang lebih modern sesuai dengan revolusi industri 4.0 serta peningkatan kemampuan SDM yang kompetitif," ungkap dia.
Sementara itu, Direktur Peraga Expo sekaligus Ketua Penyelenggara Pameran, Paul Kingsen mengatakan, dengan mengambil tema Investasi Menyambut Making Indonesia 4.0, keempat pameran ini saling terkait sebagai satu kesatuan.Â
Indo Intertex menampilkan berbagai permesinan dan peralatan untuk industri tekstil dan garmen. Â Inatex menampilkan bahan baku serat, benang, kain, aksesoris dan produk fashion serta produk Industri Nonwoven. Kemudian, Indo Dyechem menampilkan kimia tekstil, peralatan proses pewarnaan dan finishing, dan Indo Texprint menampilkan mesin-mesin cetak tekstil digital.
Tema dipilih sesuai dengan roadmap Making Indonesia 4.0 dengan pemerintah menargetkan masuk dalam jajaran lima besar produsen tekstil dan produk tekstil (TPT) di dunia pada  2030.Â
"Untuk mewujudkannya, produsen perlu melakukant ransformasi dengan mengoptimalkan pemanfaatan teknologi digital, seperti 3D printing, automation, dan internet of things. Transformasi ini diyakini dapat mengoptimalkan efisiensi dan produktivitas, membangun klaster industi  tekstil terintegrasi dengan terkoneksi teknologi industri 4.0," ujar dia.
Ajang pameran yang berlangsung pada 28-30 Maret 2019 di Jakarta International Expo (JIExpo) Kemayoran ini diikuti oleh 500 perusahaan peserta yang berasal dari 20 negara diantaranya China, Jepang, Korea, Taiwan, India, Singapura, Vietnam, Hongkong, Jerman, Italia, Turki dan tentunya Indonesia.Â
Pada penyelenggaraan pameran di 2017, tercatat transaksi bisnis diantara peserta pameran mencapai angka USD 75 juta dan pada 2018 mencapai USD 120 juta. Pada pelaksanaan yang ke-17 tahun ini, ditargetkan peningkatan transaksi mencapai USD 150 juta dengan pengunjung sebanyak 15 ribu orang pengusaha dan professional.
Â
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Â
Advertisement