Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian, Darmin Nasution menuturkan, industri asuransi Indonesia tertinggal jika dibandingkan dengan negara-negara Asean.
Hal tersebut disampaikan saat menjadi pembicara dalam acara Innovation Insurance Awards 2019.Â
"Kalau membandingkan asuransi kita dengan negara Asean juga kalah, kita tidak termasuk bagus," ujar Darmin dalam paparannya, di UOB, Jakarta, Jumat (29/3/2019).
Advertisement
Baca Juga
Darmin mengatakan, industri asuransi memang menghadapi berbagai rintangan dalam perkembangannya. Salah satunya adalah teknologi digital yang kian semakin maju dan merambah jasa asuransi.Â
"Sektor keuangan sebagai jasa modern tentu pertumbuhannya lumayan baik walupun tak stabil. Waktu 2018 agak turun dibandingkan 2017. Kalah dengan jasa modern yang sekarang paling berkibar yaitu komunikasi dan informatika," tutur Darmin.
Menghadapi tantangan tersebut, Darmin pun meminta, para pelaku industri asuransi berinovasi dan memanfaatkan kecanggihan digitalisasi sehingga ke depan asuransi Indonesia semakin maju.Â
"Jadi bisnis asuransi adalah bisnis yang luar biasa. Dan Anda yang hidup berkecimpung di dunia itu saya yakin Anda harus membaca banyak, buka internet banyak sehingga anda betul-betul ikuti produk, metode, dan seterusnya," ujar dia.
Adapun industri asuransi yang hadir dalam kesempatan tersebut antara lain PT Asuransi Jiwa Inhealth Indonesia (Inhealth), PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia), PT Asuransi BRI Life, dan PT AXA Financial Indonesia.
Â
Reporter: Anggun P.Situmorang
Sumber: Merdeka.com
Â
Nostalgia Menko Darmin, Bicara Asuransi Setelah 14 Tahun
Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution kembali bicara soal asuransi setelah 14 tahun lamanya.
Ia mengangkat topik soal asuransi saat menjadi pembicara dalam acara Innovation Insurance Awards 2019.
"Saya sebetulnya, datang malam ini memang karena sudah lama sekali meninggalkan dunia perasuransian. Pada saat saya pindah ke DJP 14 tahun lalu. Sehingga kalau saya tidak datang malam ini, mungkin baru 14 tahun lagi saya bicara asuransi," ujar dia di UOB, Jakarta, Jumat 29 Maret 2019.
Usai nostalgia, Darmin melanjutkan, saat krisis 1999, asuransi menjadi salah satu instrumen keuangan yang luput dari perhatian pemerintah. Saat itu, semua perhatian pemerintah tertuju pada penyelamatan perbankan. Hal ini pun membuat asuransi merasa terasingkan.Â
"Dulu, 1999 kita tahu asuransi juga menderita bukan hanya perbankan. Tapi banyak sekali yang minta kenapa hanya bank, asuransi juga butuh. Cuma waktu itu keuangan kita tidak kuat. Sebagai akibatnya reform di asuransi menjadi sedikit lebih lambat," ujar dia.
Akibat dari hal ini, Darmin menuturkan, pertumbuhan sektor asuransi melambat. Saat ini pemerintah berharap dengan ada otoritas jasa keuangan (OJK) kiprah asuransi bisa terus membaik dan berperan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.Â
"Mudah-mudahan dengan adanya OJK bisa lebih cepat berjalan karena bagaimana pun juga kita bandingkan asuransi digabung ekonomi makro, itu digabung dengan sektor yang lain. Tentu saja pertumbuhannya lumayan baik walau tidak stabil," ujar dia.
"Tahun lalu dia agak turun, dia kalah dengan jasa modern yang sedang berkibar di komunikasi dan informasi. Dan memang kita persis di dalam kancah tengah-tengah perkembangan ekonomi digital yang memang luar biasa. Artinya kita menyaksikan hal-hal yang tidak kita bayangkan di masa lalu," tandasnya.Â
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Â
Advertisement