Liputan6.com, Jakarta - Ada banyak risiko yang harus dihadapi para turis saat bertamu ke negeri orang. Salah satunya adalah aksi kejahatan yang semakin merajalela.
Selama travelling, sebagian waktu Anda akan tersita di jalanan yang dikenal rawan terhadap aksi kejahatan. Tidak sedikit turis yang sudah menjadi korban. Tentu Anda tidak ingin menghadapi hal sama, bukan?
Advertisement
Baca Juga
Oleh karena itu, sebelum bertandang ke negeri orang, sebaiknya ketahui modus-modus penipuan yang kerap terjadi dan menimpa para traveller. Apa sajakah itu? Simak ulasan berikut, seperti dikutip dari Cermati.com.
1. Modus Kejahatan dengan Berpura-pura Menawarkan Bantuan
Jujur saja, turis itu buta arah terutama di negara yang baru dikunjunginya. Maka dari itu, turis sering tersesat di tengah jalan.
Syukur-syukur kalau ada orang yang membantu dengan ikhlas. Kalau mereka mengharapkan imbalan, atau ternyata berniat jahat bagaimana? Sebelum menerima bantuan dari orang lain, coba lihat seperti apa orang yang membantu Anda itu. Perhatikan cara dia berbicara, bahasa tubuh yang ditunjukkan, dan cara menatap wajah Anda.
Jika ada gerak-gerik yang mencurigakan, segera potong pembicaraan, katakan maaf, dan pergilah ke tempat yang aman.
2. Modus Kejahatan yang Menawarkan Penukaran Uang
Semakin lama berlibur, semakin banyak uang yang harus dibawa sebagai persediaan. Ketika persediaan habis, Anda harus menukarkan uang ke money changer terdekat agar bisa tetap bertransaksi di negara yang bersangkutan.
Tapi, Anda perlu hati-hati saat menukarkan uang. Sebab, money changer palsu bertebaran di mana-mana. Jika Anda tidak ingin tertipu, lebih baik bawa uang yang sudah ditukar dari Indonesia saja.
Untuk memastikan kecukupannya, hitung berapa lama Anda akan berlibur. Kemudian prediksikan besar pengeluaran Anda selama di sana.
3. Modus Kejahatan Pencopetan dengan Cara Menyamar
Dimana ada turis, di situ ada pencopet. Khusus untuk tempat wisata yang populer, seperti Menara Eiffel di Paris atau Tower Bridge di London, Anda perlu meningkatkan porsi kehati-hatian.
Sebab, tempat populer biasanya menjadi incaran para pencopet, karena tempat ini biasanya ramai dikunjungi para turis. Pencopet biasanya menyamar menjadi seseorang yang terlihat polos, sehingga jati diri pencopet tidak diketahui. Misalnya anak-anak, orang tua, atau pemain musik jalanan.
Apabila ada orang yang tiba-tiba menerobos Anda dari belakang, sebaiknya amankan tas yang Anda tenteng. Bisa jadi tas Anda menjadi incaran pencopet tersebut.
Advertisement
4. Modus Kejahatan dari Sopir Taksi yang Tidak Mau Menggunakan Argo
Meskipun tarif naik taksi begitu mahal, transportasi yang satu ini tetap saja diminati oleh turis, terutama turis yang kaya raya. Jika Anda termasuk salah satunya, sebaiknya lebih berhati-hatilah saat naik taksi.
Pilihlah sopir taksi yang punya performa berkendara yang baik. Performa supir taksi bisa dilihat dari aplikasi pemesanan taksi. Aplikasi tersebut akan menunjukkan berapa banyak jumlah penumpang yang berhasil diantar oleh sopir tersebut.
Jika jumlahnya minim, sebaiknya batalkan pesanan Anda dan cari sopir taksi lain. Bukan bermaksud untuk judgement, tapi ini demi keselamatan Anda juga selama liburan.
Selain itu, perhatikan juga sopir taksi yang meminta Anda berkendara menggunakan taksi mereka tanpa argo. Tentu saja, menggunakan taksi tanpa argo bisa menimbulkan ketidakadilan bagi konsumen, karena tidak menutup kemungkinan Anda harus membayar lebih mahal dari yang seharusnya karena tidak transparan.
5. Modus Kejahatan yang Berpura-pura Menjadi Polisi
Polisi bukan sahabat atau malaikat penolong saat Anda tersesat atau mengalami kesulitan. Tak sedikit polisi yang menyamar demi meraup untung untuk dirinya sendiri.
Mereka berpura-pura menyamar dengan atribut polisi, dengan maksud untuk mengamankan jalan. Padahal, patroli ini dimaksudkan untuk mencari mangsa.
Jika Anda tidak ingin menjadi korban penipuan polisi gadungan, lebih baik pasang wajah berani dan tegas. Jangan pasang wajah melongo seperti orang yang tidak tahu apa-apa.
Wajah polos Anda ini justru akan menambah pengeluaran karena Anda akan disuruh membayar denda, padahal Anda tidak melakukan kesalahan apapun.
6. Modus Menaikkan Harga Jajanan Pinggir Jalan
Harga jajanan untuk turis lebih mahal daripada warga lokal? Jangan heran, sudah sangat biasa.
Banyak penjual yang sengaja menaikkan harga makanan demi memperbesar keuntungan. Ada baiknya untuk menyembunyikan status Anda sebagai turis.
Caranya dengan act like a local atau bersikap seperti warga lokal yang ada di negara tersebut. Tentu hal ini bisa dilakukan jika negara tujuan travelling Anda adalah sekitar Asia saja.
Sebelum membeli jajanan, sebaiknya cari dahulu harga rata-rata jajanan di negara yang Anda kunjungi. Jika harganya mendadak naik, Anda bisa komplain kepada si penjual, sehingga penjual beranggapan kalau Anda adalah warga lokal.
Harga yang tadinya naik pun akan kembali normal sebagaimana mestinya. Atau Anda bisa membeli makanan yang sudah dibanderol harganya. Sehingga ada kepastian berapa harga yang harus Anda bayar setelah memakannya.
7. Modus Berpura-pura Menjadi Pengemis
Orang yang berpura-pura menjadi pengemis demi mendapatkan uang itu ada di mana-mana, termasuk di luar negeri. Mereka rela menyamar menjadi orang yang paling homeless agar Anda kasihan kepada mereka.
Uang yang Anda berikan tidak dipakai untuk membeli makanan, bisa jadi hanya untuk alkohol dan narkotika.
Jika ingin memberikan sesuatu kepada pengemis, sebaiknya jangan berbentuk uang. Lebih baik berikan roti dan air mineral saja untuk mengisi perut kosong mereka.
Mawas Diri Selama ‘Traveling’ itu Penting!
Manusia dilarang untuk berpikiran negatif terhadap sesamanya. Tapi, mawas diri itu sangat penting khususnya saat travelling. Apalagi jika destinasi perjalanan itu ke luar negeri. Sehingga hal-hal buruk bisa dihindari. Biarpun orang yang Anda jumpai terlihat polos, belum tentu dia orang baik. Begitu pula sebaliknya.
Advertisement