Liputan6.com, Jakarta - Indonesia mulai mengurangi ekspor karet alam sebanyak 98 ribu ton untuk jangka waktu empat bulan ke depan. Hal ini bagian dari implementasi kebijakan Agreed Export Tonnage Scheme (AETS) ke-6 untuk mengurangi volume ekspor karet alam sebesar 240 ribu ton selama 6 bulan ke depan.
AETS ke-6 merupakan hasil pertemuan pejabat senior dari Internasional Tripartite Rubber Council (ITRC). Selain Indonesia, dua negara lain yang juga tergabung dalam ITRC yaitu Malaysia dan Thailand.
Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP) Kementerian Perdagangan (Kemendag) Kasan Muhri mengatakan pengurangan ekspor ini dilakukan dalam rangka memperbaiki tren harga karet alam dunia yang tengah anjlok.
Advertisement
Baca Juga
Dia menjelaskan, pada November 2018 harga karet tercatat turun ke level USD 1,21 per kg. Namun setelah digelarnya pertemuan khusus pejabat senior International Tripartite Rubber Counsil (ITRC) pada 4-5 Maret 2019 di Bangkok, Thailand harga karet alam mulai ‎terkoreksi menjadi USD 1,4 per kg pada Maret 2019 atau naik 5 persen.
"Sekarang harga karet alam sudah USD 1,4 per kg dan kami terus monitor. Hari ini Indonesia berkomitmen mengaplikasikan kebijakan hasil kesepakatan," ujar dia di Kantor Kemendag, Jakarta, Senin (1/4/2019).
‎Sebagai wujud keseriusan Indonesia dalam mendorong kenaikan harga karet alam, lanjut Kasan, Kemendag juga telah menerbitkan Keputusan Menteri Perdagangan (Kepmendag) Nomor 779 Tahun 2019 tentang pelaksanaan AETS ke-6 untuk komoditi karet alam. Dalam payung hukum tersebut, pengurangan ekspor berlaku mulai 1 April 2019 atau hari ini.
"Khusus Indonesia, diputuskan untuk mengurangi ekspor karet 98.160 ton. Itu 1 April sampai 31 Juli 2019," tandas dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Petani Semringah Harga Jual Karet Kembali Membaik
Sebelumnya, petani karet di Sumatera Selatan menyambut baik pembentukan Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB) serta‎ bantuan yang diberikan pemerintah.
Sejumlah bantuan tersebut di antaranya pupuk, asam semut untuk membekukan bahan olahan karet (bokar).
Ketua UPPB Desa Duren Daun, Sumatera Selatan, Fauzul Azim mengatakan, berkat ada UPPB dan bantuan yang diberikan pemerintah, kini petani di desanya sudah menikmati harga jual karet yang cukup baik.
"Bagus sekali. Apalagi di Banyuasin sebagian petani sudah tergabung dalam UPPB. Dan yang pertama dibina di desa Duren Daun. Manfaatnya sekarang harga karet cukup baik, jauh bedanya," ujar dia di Jakarta, pada Rabu 27 Maret 2019.Â
BACA JUGA
Melalui UPPB, lanjut dia, para petani dibina untuk membuat bahan olahan karet menjadi lebih bersih. Hal ini meningkatkan kualitas karet kemudian mendongkrak harga karet petani anggota UPPB.
"Pembekunya kita diarahkan memakai asam semut. Kalau dulu kan cuka biasa, cuka obor. Pakai asam semut karet lebih elastis. Cuka obor kaku, getas, gampang pecah-pecah kalau karet ban. Setelah menggunakan asam semut, petani bisa menjual karet hingga seharga Rp 9.200 per kg," kata dia.
Sumatera Selatan memang memiliki luas areal perkebunan karet terbesar di Tanah Air. Di provinsi tersebut, dari 3,8 juta ha lahan perkebunan, 1,3 juta ha di antaranya merupakan kebun karet.
Â
Advertisement