Liputan6.com, Jakarta Indonesia mulai mengurangi ekspor karet alam dalam jangka waktu 4 bulan ke depan. Selain Indonesia, negara lain yang juga negara penghasil karet alam yaitu Thailand dan Malaysia juga melakukan hal yang sama.
Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP) Kementerian Perdagangan (Kemendag) Kasan Muhri mengatakan kebijakan untuk mengurangi ekspor ini dilakukan guna memperbaiki harga jual karet di pasar internasional.
Dia menjelaskan, dari 240 ribu ton yang pengurangan ekspor yang disepakati ketiga negara, Indonesia berkomitmen untuk mengurangi ekspor karet sebesr 98.160 ton. Thailand menjadi negara terbanyak yang akan mengurangi ekspornya yaitu sekitar 126.240 ribu ton. Sementara Malaysia hanya 15.600 ton.
Advertisement
"Sesuai kesepakatan tingkat menteri ada arrange 200 ribu-300 ribu ton. Lalu disepakati 240 ribu ton dibagi proporsional, dibanding angka produksi masing-masing negara. Thailand 52,6 persen, Indonesia 40,9 persen dan Malaysia 6,5 persen," ujar dia di Kantor Kemendag, Jakarta, Senin (1/4/2019).
Dia menjelaskan, Indonesia dan Malaysia mulai menerapkan pengurangan ekspor karet pada 1 April ini. Sedangkan Thailand, baru akan menerapkan kebijakan ini pada Mei 2019.
"Thailand mulai dari Mei-September. Tiga negara ada di posisi bersama. Malaysia dan Indonesia mulai (kurangi ekspor), Thailand belum. Kalau kedua negara berhenti, Thailand bisa mulai. Thailand sedang melaksanakan pemilu, ini salah satu alasan kenapa dimulainya berbeda, dan berakhirnya berbeda," tandas dia.
Ekspor Dipangkas Buat Dongkrak Harga Karet Jadi USD 2 per Kg
Indonesia yang tergabung dalam Internasional Tripartite Rubber Council (ITRC) bersama Malaysia dan Thailand sepakat untuk melakukan pengurangan volume ekspor karet alam. Hal ini dilakukan guna memperbaiki harga komoditas tersebut yang tengah anjlok.
Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP) Kementerian Perdagangan (Kemendag) Kasan Muhri mengatakan, pada November tahun lalu, harga karet alam di pasar internasional sempat menyentuh angka USD 1,21 per kilogram (kg). Namun kini telah mengalami perbaikan dan naik menjadi USD 1,4 per kg.
Agar harga karet alam bisa kembali naik, lanjut dia, maka ITRC sepakat mengurangi ekspor melalui kebijakan Agreed Export Tonnage Scheme (AETS) ke-6 sebanyak 240 ribu ton.
"AETS ke-6 ini, seperti keputusan-keputusan penerapan AETS sebelumnya, adalah langkah bersama negara produsen karet alam untuk mendongkrak harga, terutama agar harga bergerak ke tingkat yang Iebih menguntungkan petani. lndonesia, bersama-sama Thailand dan Malaysia, berkomitmen menjalankan AETS sesuai kesepakatan dan regulasi di masing-masing negara,” ujar dia di Kantor Kemendag, Jakarta, Senin (1/4/2019).
Sementara itu, Deputi VII Kemenko Bidang Perekonomian, Rizal Affandi Lukman menyatakan, kebijakan pengurangan karet alam ini diharapkan tidak hanya akan menjaga kestabilan harga karet alam yang telah kembali naik, tetapi juga mendorong harga ke level USD 2 per kg. Dengan demikian, bisa menguntungkan para petani karet, khususnya di Indonesia.
"Sekarang mulai dirasakan ada perbaikan harga karet akibat diplomasi karet. Harga karet akan bertahan dan terus membaik, bahkan kalau bisa capai USD 2 per kg. Paling tidak kalau bertahan di USD 1,4-USD 1,5 bisa dinikmati para petani," tandas dia.
Advertisement