Sukses

Cerita Pentingnya Bandara Kufar bagi Warga Seram

Penerbangan komersial atau flight approval FA carteran Pemda Seram terbang perdana di Bandara Kufar pada 7 Agustus 2016.

Liputan6.com, Jakarta - Meski tidak memiliki nilai ekonomi, bandara di daerah pelosok sangat berguna bagi warga setempat. Salah satu contohnya adalah Bandara Kufar yang terletak di Kabupaten Seram Bagian Timur, Maluku.

Bandara tersebut merupakan Satuan Pelayanan (Satpel) dari Bandara Banda Neira. Sekaligus menjadi pintu masuk dari bagian timur wilayah Seram.

Bandara sederhana tersebut memiliki arti yang sangat penting bagi warga Kufar dan sekitarnya. Bandara Kufar menjadi tumpuan harapan mereka untuk melakukan perjalanan menuju Kota Ambon dengan waktu tempuh 50 menit.

Jika melewati jalur darat, mereka sedikitnya harus menghabiskan waktu 8 jam perjalanan. Belum lagi harus melakukan penyeberangan dengan menggunakan kapal dengan merogoh kocek setara harga tiket pesawat, yaitu Rp 648 ribu.

Namun sayangnya, lokasi bandara berada tepat di tengah hutan dan jauh dari permukiman warga. Akses jalan menuju bandara pun dapat dibilang sudah tidak layak, sebab banyak kerusakan di sana-sini. Apabila hujan turun deras, jalan akses yang hanya satu-satunya tersebut tidak dapat dilalui karena terendam banjir atau luapan dari rawa-rawa di sepanjang sisi jalan.

Kepala Bandara Banda Neira, Mohammad Amrillah, mengatakan jarak bandara ke lokasi permukiman warga di kota adalah 76 km, sementara jarak ke ibu kota kabupaten adalah 112 km.

"Jam operasi bandara pukul 06.00 sampai pukul 14.00 WIT," kata dia saat ditemui di Bandara Kufar, Maluku, ditulis Selasa (2/4/2019).

Penerbangan dari dan ke Kufar hanya empat kali dalam satu pekan, yaitu Selasa, Rabu, Kamis, dan Minggu. Maskapai yang melayani penerbangan adalah Trigana Air dengan jenis ATR 42-300 berkapasitas 40 penumpang. Jika kehabisan tiket, mau tidak mau harus menunggu hari berikutnya, sebab dalam satu hari hanya ada satu penerbangan.

Amrillah mengungkapkan, Trigana Air merupakan carteran dari pemerintah daerah (pemda) setempat. Harga tiket yang seharusnya sekitar Rp 1.400.000 disubsidi 50 persen oleh APBD, sehingga penumpang tinggal membayar setengahnya, yaitu Rp 648.000 ditambah airport tax menjadi sekitar Rp 700.000.

Dia mengungkapkan, penerbangan komersial atau flight approval FA carteran pemda terbang perdana pada 7 Agustus 2016.

Hingga 2018, jumlah penumpang terus meningkat. Tahun 2016 penumpang yang datang dan pergi hanya berjumlah 2.857 penumpang, kemudian meningkat menjadi 9.687 penumpang di 2017. Lalu pada 2018 terjadi kenaikan signifikan mencapai 13.164 penumpang dalam satu tahun.

Sulitnya akses menuju bandara membuat maskapai berinisiatif memberi subsidi tumpangan gratis bagi penumpang. Penumpang yang hendak menuju bandara akan dijemput di titik tertentu yang berada di kota. Begitupun penumpang yang baru tiba akan langsung diantar dari bandara menuju kota.

Tingginya antusias penumpang membuat pihak bandara dan maskapai berencana menambah waktu penerbangan menjadi lima hari, yaitu pada hari jumat.

"Saya yakin kalau perkembangan masyarakat di sini lebih cepat, saya rasa pasar akan meningkat dan akan dibuat seminggu tujuh kali alias setiap hari. Terus berkembang karena pasar kan berkembang. Kalau memang banyak permintaan, ya otomatis nanti akan tambah frekuensi, jadi maskapai tuh akan melihat sesuai pasar," kata dia

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Fasilitas Bandara

Namun, fasilitas di bandara tersebut sangat jauh dari kata layak. Banyak hal yang perlu ditambah dan dibenahi.

Belum lagi, lokasi bandara yang terisolasi dari dunia luar. Selain akses yang sulit, bandara juga tidak terjangkau oleh sinyal telekomunikasi. Bahkan, belum tersentuh aliran listrik PLN.

Untuk aktivitas sehari-hari, bandara tersebut mengandalkan genset dan solar cell. Sementara untuk berkomunikasi mereka menggunakan peralatan komunikasi VHF Portable.

Selain itu, lokasi bandara yang berada di tengah belantara tersebut membuatnya kerap didatangi tamu tak diundang berupa hewan liar.

Kasatpel Bandara Kufar, Januari Yahya Ramme, mengungkapkan di tempatnya bertugas kerap ditemui ular berukuran besar, bahkan buaya.

"Yang paling sering anjing hutan dan babi hutan karena ukuran mereka bisa masuk lewat pagar," kata dia.

Namun, sejauh ini kehadiran tamu-tamu tidak diundang tersebut belum pernah sampai mengganggu operasional bandara.

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com