Liputan6.com, Jakarta Lupakan bandara megah dengan hingar bingar lampu dan aktivitas manusia. Tak semua bandara di Indonesia seperti itu. Bahkan di sejumlah tempat, bandara menampilkan kesan mengenaskan, sebab listrik perusahaan listrik negara (PLN) pun tak ada.
Salah satunya Bandara Kufar, terletak di tengah hutan di Kabupaten Seram Bagian Timur, Maluku. Bandar udara domestik kelas II itu memiliki banyak kekurangan fasilitas.
Baca Juga
Bandara dengan status satuan pelayanan (satpel) dari Bandara Banda Neira tersebut terletak 112 Km dari Ibu Kota Kabupaten dan belum memiliki catu daya listrik. Selama ini mereka hanya mengandalkan genset dan solar cell atau panel listrik tenaga matahari.
Advertisement
"Fasilitas terminal atau bandara ini belum ada catu daya listriknya. Ini listrik ini vital sekali karena kalau tidak ada itu, kita pakai genset sangat tidak efisien ya," kata Kepala Otoritas Bandara Wilayah VIII Manado, Kol Pnb Sarmanto saat sedang meninjau program padat karya di Bandara Kufar, ditulis Selasa (2/4).
Namun demikian, dia menegaskan bandara tersebut tetap laik beroperasi meski butuh pemantapan di beberapa sektor. "Kalau sarana sisi udara sudah memandai sebenarnya tinggal apa yang diperlukan seperti pemantapan. Jadi untuk saat ini untuk pesawat masih terdukung dengan baik," ujarnya.
Selain itu, bandara tersebut juga tidak terjangkau oleh sinyal telekomunikasi. Sinyal hanya tertangkap di beberapa spot atau titik tertentu. Itu pun hanya dapat digunakan untuk komunikasi pesan singkat SMS dan telfon saja karena masih jaringan GPRS.
Di bandara ini juga belum ada fasilitas navigasi. Oleh karena itu, diharapkan AirNav bisa segera menempatkan petugas yang berkompeten di Kufar.
"Jadi saya rasa navigasi ini punya status avis jadi hanya memberikan layanan terhadap kondisi-kondisi di bandara ya, jadi komunikasinya sebatas itu. Tentu petugasnya belum memadai, harusnya AirNav yang berkompeten yang berkepentingan harus segera mengisi SDM lengkap ya," ujarnya.
Â
Kondisi
Dalam kesempatan serupa, Kepala Bandara Banda Neira, Mohammad Amrillah mengungkapkan beberapa permasalahan lainnya. Diantaranya adalah areal sisi udara dan sisi darat sebagian besar adalah rawa-rawa sehingga sangat sulit dalam melalukan pekerjaan pemeliharaan.
Namun, dia mengungkapkan masalah yang paling penting adalah kurangnya SDM atau petugas bandara. Idealnya, setidaknya harus ada 50 pegawai. Namun saat ini Bandara Kufar hanya memiliki 14 pegawai termasuk Kasatpel Bandara Kufar.
"SDM disini sebenarnya sangat terbatas karena kalau di UU itu kan wajib memiliki lisensi, sedangkan kita sendiri honorer disini baru ada 2 orang, satu untuk Kasi Avsec, satu untuk AMC. Kalau kasatpel sendiri statusnya PNS dia lisensinya baru junior avsec tapi merangkap semua. Petugas Avis dia, petugas Avsec dia, petugas PKH dia, petugas administrasi dia, semuanya dia," ujarnya.
Padahal seharusnya, untuk satu mesin X-ray saja idealnya ditangani oleh 5 orang petugas. Kemudian setiap pintu dan apron harus ada petugas yang berjaga.
"Terus harus berlisensi, karena untuk contoh untuk avsec saja x-ray 1 harus 5 orang, kalau sudah nambah lagi x-ray kabin harus 5 lagi sudah 10 orang. Sedangkan yang sekarang existing cuma 5 orang dan tidak berlisensi. Avsec hanya 6 orang yang berlisensi hanya 1 orang, jadi sangat terbatas," ujarnya.
Dia menambahkan, banyak hal lainnya yang masih perlu penambahan. Baik yang bersifat sarana dan prasarana maupun yang bersifat kontruksi. Salah satunya adalah perpanjangan runway dan runway strip serta pengisian avtur atau bahan bakar pesawat. "Paling utama itu catu daya listrik dulu sama alat telekomunikasi yang penting, sama penambahan SDM nih. Kalau yang untuk kontruksi bisa bertahap," ujarnya.
Bandara Kufar beroperasi pukul 06.00 hingga pukul 14.00 WIT. Penerbangan saat ini baru 4 kali dalam seminggu yaitu Selasa, Rabu, Kamis dan Sabtu melayani rute Kufar-Ambon.
Advertisement