Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan sementara perdagangan efek PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) di seluruh pasar sejak sesi pertama perdagangan, Selasa (2/4/2019).
Mengutip keterbukaan informasi, BEI suspensi saham BRMS merujuk pada surat PT Bumi Resources Minerals Tbk Nomor 012/BRM-Corsec/III/19 tanggal 26 Maret 2019, perihal laporan keuangan tahunan PT Bumi Resources Minerals Tbk per 31 Desember 2018, BEI menemukan perseroan tidak membukukan pendapatan usaha sejak 1 Oktober 2018 hingga 31 Desember 2018.
Advertisement
Baca Juga
Oleh karena itu, BEI memutuskan menghentikan sementara perdagangan efek PT Bumi Resources Minerals Tbk di seluruh pasar sejak sesi I perdagangan Selasa 2 April 2019 hingga pengumuman bursa lebih lanjut.
"Bursa meminta kepada pihak yang berkepentingan untuk selalu memperhatikan keterbukaan informasi yang disampaikan oleh PT Bumi Resources Minerals Tbk," tulis Kepala Divisi Penilaian Perusahaan I BEI, Adi Pratomo Aryanto.
IHSG Menguat
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu bertahan di zona hijau pada perdagangan saham Selasa pekan ini.
Pada penutupan perdagangan saham, Selasa (2/4/2019), IHSG menguat 23,45 poin atau 0,36 persen ke posisi 6.476,06. Indeks saham LQ45 menguat 0,35 persen ke posisi 1.019,70. Sebagian besar indeks saham acuan kompak menguat.
Sebanyak 185 saham menguat. Sedangkan 206 saham melemah sehingga menahan penguatan IHSG dan 140 saham diam di tempat.
Pada Selasa pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.490,07 dan terendah 6.454,98.
Total frekuensi perdagangan saham 390.504 kali dengan volume perdagangan 14,3 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 7,9 triliun. Investor asing beli saham Rp 89,40 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di posisi Rp 14.220.
Sebagian besar sektor saham menghijau kecuali sektor saham tambang turun 0,64 persen, sektor saham industri dasar susut 0,21 persen dan sektor saham perdagangan melemah 0,13 persen.
Sementara itu, sektor saham pertanian menguat 2,2 persen, dan bukukan penguatan terbesar. Disusul sektor saham aneka industri mendaki 2,07 persen dan sektor saham manufaktur menguat 0,57 persen.
Saham-saham catatkan penguatan terbesar antara lain saham CSIS naik 23,28 persen ke posisi Rp 143 per saham, saham TRIS melonjak 20,72 persen ke posisi Rp 268 per saham, dan saham BRAM mendaki 20 persen ke posisi Rp 9.300 per saham.
Sementara itu, saham-saham yang tertekan antara lain saham BLTA tergelincir 34,52 persen ke posisi Rp 55 per saham, saham MFMI merosot 14,75 persen ke posisi Rp 520 per saham, dan saham ETWA terpangkas 10,71 persen ke posisi Rp 75 per saham.
Bursa saham Asia pun kompak menguat kecuali indeks saham Jepang Nikkei turun 0,02 persen.
Sementara itu, indeks saham Hong Kong Hang Seng menguat 0,21 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi mendaki 0,41 persen, indeks saham Thailand naik 0,54 persen.
Sementara itu, indeks saham Shanghai menguat 0,20 persen, indeks saham Singapura menanjak 0,95 persen dan indeks saham Taiwan menguat 0,45 persen.
Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menilai, penguatan IHSG didorong tingkat inflasi di Indonesia masih cenderung stabil. Demikian juga fundamental makroekonomi. “Meredanya sentimen perang dagang dan membaiknya kinerja PMI manufaktur secara global,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement