Liputan6.com, Jakarta - Debat pilpres 2019 akan memasuki babak terakhir pada Sabtu (13/4/2019) mendatang. Topik yang akan diangkat adalah ekonomi, kesejahteraan sosial, keuangan, investasi, serta industri.Â
Para pengusaha pun siap memantau jalannya debat untuk mendengar visi dan misi kedua calon. Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani menyebut para pengusaha akan memerhatikan segala isu ekonomi yang disampaikan mulai dari pengembangan industri, infrastruktur, pajak dan masalah makro sampai mikro.
Advertisement
Baca Juga
Ketika ditanya mengenai pekerjaan rumah pemerintah, Shinta membahas sejumlah reformasi pada regulasi dan perizinan. Ia mengapresiasi adanya reformasi tersebut dan berharap penegakan di lapangan akan digencarkan.
"Tentu saja setiap kali dalam segi perbaikan pasti masih ada segi implementasi yang menjadi perhatian. Saya rasa itu sudah disampaikan dunia usaha. Perbaikan itu masih terus berlanjut, jadi enggak mungkin selesai dalam waktu singkat, perlu waktu," ucapnya pada Liputan6.com.
Shinta juga menanggapi positif pembangunan dan pemerataan infrastruktur yang dibangun pemerintah. Ia berharap setelah gencarnya dilakukan pembangunan akan ada perhatian pada sumber daya manusia. "Jadi dari segi soft infrasructure, ke depannya human capital development agar jadi fokus pemerintah yang akan datang," ucapnya.Â
Sementara, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Industri, Johnny Darmawan, berkata perekonomian tetap berjalan seperti biasa meski mendekati debat pilpres terakhir.
Ketika ditanya mengenai PR pemerintah saat ini, ia menyebut untuk melihat aktivitas ekonomi serta pemerintahan yang masih berjalan rutin. "Laporan ekspor masih jalan," ujarnya. "Kampanye ya kampanye, berjalan saja. Kalau menurut saya enggak ada yang aneh, berjalan rutin saja." ujarnya.
Ia pun berharap kedua calon bisa menyampaikan visi dengan cara yang positif di panggung debat pilpres. "Menampilkan visi misi, bukan saling menjatuhkan," ucapnya.
Hadapi Industri 4.0, Pemerintah Genjot Kompetensi SDM
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memperkirakan implementasi industri 4.0 dinilai membuka kesempatan bagi Indonesia untuk melakukan lompatan jauh dalam memacu pertumbuhan ekonomi.
Peluang ini muncul karena Indonesia memiliki modal besar, yakni jumlah ketersediaan sumber daya manusia (SDM) terutama ada bonus demografi hingga 2030.
"Bonus demografi ini menjadi momentum bagi Indonesia, karena negara lain seperti Jepang, Singapura dan Korea sudah melewati kesempatan itu. Bahkan, Jerman yang sudah punya 4.0, tetapi dia kurang SDM-nya. Kalau bonus demografi sudah terlewati, negara itu terbebani dengan social cost lebih tinggi," kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, Kamis, 7 Maret 2019.
Ia menuturkan, apabila Indonesia menerapkan industri 4.0 dengan didukung SDM yang kompeten, diyakini berpotensi mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional yang cukup signifikan.
"Apalagi, SDM kita sangat menarik, karena anak-anak muda saat ini lebih fleksibel dalam beradaptasi dengan teknologi baru," tutur dia.Â
Penggunaan teknologi itu tercermin dari penjualan ponsel pintar di pasar domestik yang menembus hingga 60 juta unit per tahun.
"Kalau kita bandingkan dengan Australia, penduduk kita lebih dari 10 kali lipat. Artinya, ekonomi kita berpotensi naik 10 kali lipat. Meskipun, saat ini income per kapita kita USD 3.800, mereka sudah USD 51.000," ungkapnya.
Advertisement