Liputan6.com, Jakarta - Konsumsi beras dinilai mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini yang membuat harga beras cenderung stabil dan tidak bergejolak.
Pengamat Pertanian Dwi Andreas Santosa mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir konsumsi beras cenderung stagnan, meski jumlah penduduk terus mengalami peningkatan setiap tahun. Bahkan, konsumsi per kapita beras mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
Pada 2017, konsumsi beras sebesar 114,6 kg per kapita. Angka ini lebih kecil dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 124,89 kg per kapita per tahun.
Advertisement
Baca Juga
"Konsumsi ini unik. Konsumsi beras ini stabil saja meski jumlah penduduk meningkat 1,4 persen per tahun tetapi konsumsi beras tidak mengalami peningkatan. Bahkan beberapa kajian menyatakan konsumsi per kapita mengalami penurunan," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Senin (8/4/2019).
Komoditas pangan pokok yang mengalami kenaikan konsumsi justru dialami oleh gandum. Menurut Andreas, rata-rata tiap tahunnya konsumsi gandum naik sebesar 6 persen.
"Pangan pokok yang meningkat justru gandum. Peningkatan rata-rata gandum 10 tahun terakhir ini sudah mencapai 6 persen per tahun. Bisa dibayangkan, penduduk saja pertumbuhannya 1,4 persen per tahun. Berarti ada peralihan beras sebagai pangan pokok perlahan-lahan ke gandum," kata dia.
Andreas menyatakan, penurunan konsumsi beras dan peralihan ke gandum dinilai menjadi penyebab harga beras nasional relatif stabil dan tidak bergejolak dalam beberapa tahun terakhir. Meski stabil, namun hal ini juga harus menjadi perhatian pemerintah.
"Ini kenapa beras tidak terlalu bergejolak sehingga impor sekitar 1 juta ton sudah bisa menenangkan, walaupun produksi tidak membaik, karena terjadi peralihan meski produksi beras terus mengalami penurunan," tandas dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Jaga Kestabilan Harga Beras, Bulog Operasi Pasar di Seluruh Indonesia
Sebelumnya, Perum Bulog terus melakukan Operasi Pasar Cadangan Beras Pemerintah (CBP) di seluruh Indonesia. Langkah ini untuk menjaga ketersediaan pasokan dan stabilisasi harga pangan khususnya beras di tingkat konsumen.
Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Bulog Tri Wahyudi Saleh mengatakan, kegiatan Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH) melalui Operasi Pasar CBP telah dilakukan serentak oleh Bulog Divisi Regional seluruh Indonesia, pada 3 Januari 2019 sesuai dengan instruksi Presiden RI sebagai antisipasi terjadinya kenaikan harga beras pada awal tahun 2019.
"Kami sadar, bahwa keberhasilan menjaga ketersediaan pasokan dan stabilisasi harga beras medium di setiap daerah akan tercipta bila dilakukan secara bersama dengan dukungan seluruh pihak, terutama dari Pemerintah Daerah, Dinas terkait, Aparat terkait dan para pelaku pasar," kata Tri, di Jakarta, Sabtu (16/3/2019).
Advertisement
Libatkan Banyak Pihak
Dari kegiatan tersebut, Bulog telah menggelontorkan 190 ribu ton beras medium, dengan rata-rata perhari mencapai 2 ribu - 3 ribu ton beras. Diharapkan target OP CBP sebesar 15 ribu ton per hari dapat dicapai saat musim paceklik yang diperkirakan harga beras akan meninggi.
Dalam pelaksanaan Kegiatan KPSH ini, Bulog melibatkan banyak pihak dengan Pemerintah Daerah melalui Dinas Koperasi, UMKM dan Perdagangan ataupun yang membidangi di tingkat Provinsi Kabupaten Kota, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) masing-masing daerah, dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Pangan maupun pengecer di pasar tradisional, retail modern, jaringan Sahabat Rumah Pangan Kita (RPK), sinergi BUMN serta melalui Distributor.
bulog juga bekerjasama dengan Satgas Pangan Polri dan Jajaran Kementerian Perdagangan RI untuk melakukan pengawasan dalam pelaksanaan KPSH beras medium ini.