Liputan6.com, Jakarta Sebagai salah satu pusat wisata belanja, Bandung memiliki cukup banyak Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Dilansir dari jabarprov.go.id (8/4/2017), data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bandung menunjukkan bahwa terdapat sekitar 300 ribu UMKM di Kota Kembang itu.
UMKM tersebut bergerak di berbagai bidang. Mulai dari kuliner, fesyen, hingga kerajinan tangan. Sebagian besar dari para pelaku UMKM ini memiliki cerita yang cukup menarik dan inspiratif dalam mengembangkan bisnisnya. Contohnya, dua pelaku UMKM yang bergerak di bidang kerajinan tangan.
Mereka adalah Susi Ratnaningsih dan Wyda Sadrahwaty. Susi memiliki usaha Awie Bah Akim, sedangkan Wyda mempunyai bisnis Tulatali. Keduanya memiliki kisah yang begitu inspiratif dalam menjalankan usaha mereka. Simak, yuk!
Advertisement
Awie Bah Akim
Bisnis yang telah berjalan sejak 2007 ini turut menjaga kelestarian budaya khas Sunda. Awie Bah Akim menjual alat-alat musik khas Sunda yang dibuat secara handmade. Alat-alat musiknya merupakan inovasi dari alat musik yang sudah ada, sehingga cukup unik dan berbeda dari yang lainnya. Pembuatannya pun tak sembarangan karena menggunakan bahan dari bambu pilihan diproses dengan tingkat kesulitan yang cukup tinggi.
Awie Bah Akim sudah mulai dikenal oleh masyarakat luas. Bahkan, Awie Bah Akim pernah mewakili Indonesia di pameran luar negeri.
"Awalnya Bah Akim membuat grup musik yang alat-alat musiknya ia buat sendiri bersama teman-temannya. Seiring berjalannya waktu, ternyata sering ada permintaan pembuatan alat musik dari bambu. Akhirnya, Bah Akim melihat potensi dari produk ini dan berlanjutlah sampai sekarang," ujar pemilik UMKM Awie Bah Akim, Susi Ratnaningsih, saat dihubungi oleh liputan6.com (25/3/2019).
Kini, UMKM yang berlokasi di Kelurahan Dago, Kecamatan Coblong, Bandung, tersebut mampu menghasilkan omzet lebih kurang Rp 5 juta per bulan. Menurut Susi, Awie Bah Akim dapat terus berkembang hingga seperti sekarang ini karena mendapat dukungan dari banyak pihak, seperti pemerintah, komunitas, dan media.
UMKM tersebut juga mendapat dukungan besar dari Bank Rakyat Indonesia (BRI). Awie Bah Akim telah menjadi nasabah tabungan Simpedes BRI. Selain itu, UMKM ini juga telah bergabung dengan Rumah Kreatif BUMN (RKB) milik BRI sejak sekitar lima tahun lalu.
Susi mengatakan bahwa BRI tak hanya membantunya dalam hal permodalan untuk usaha agar lebih maju lagi. Tak hanya itu, RKB juga memberikan bentuk pelatihan yang mampu memajukan usaha.
"BRI memberikan pelatihan-pelatihan yang sangat membantu bagi saya. Juga pemasaran UMKM," ucapnya.
Susi pun berharap dapat terus mendapat dukungan dari RKB BRI dan memperoleh kesempatan mengikuti pameran yang diadakan BRI. Saat ini, produk Awie Bah Akim dapat dibeli secara offline maupun online.
Secara online bisa didapatkan lewat akun Facebook Abah Akim, Instagram @awie_bahakim, website www.awiebahakim.com, atau WhatsApp 081221760728.
Untuk alamatnya, Jl. Dago pojok tanggulan no.5 RT 7 RW 3 Kelurahan Dago Kecamatan Coblong. Kota Bandung, 40135.
Tulatali
Dalam Bahasa Sunda, Tulatali berarti tali temali. Sesuai namanya, bisnis ini bergerak di bidang kerajinan yang mengaplikasikan hiasan tali temali. Berdiri sejak 2015, Tulatali bermula dari hobi sang pemilik untuk membuat kerajinan tangan seperti bros, kalung, dan dompet kecil, dengan aplikasi tali-temali.
"Tulatali selalu melibatkan tali temali dalam setiap produknya dengan berbagai tehnik kriya, sehingga setiap produk menjadi unik," ujar pemilik UMKM Tulatali, Wyda Sadrahwaty.
Ia menceritakan, awalnya produk Tulatali berupa bros dan kalung hanya dijual untuk memenuhi pesanan orangtua murid di sekolah sang anak dan dipasarkan di bazaar sekolah. Hingga akhirnya, Wyda mencoba ikut pameran yang pengunjungnya lebih banyak, seperti pameran hijab fest dan pameran craft yang diadakan dinas kota Bandung. Lambat laun, nama Tulatali pun mulai dikenal.
Kini, produk Tulatali bisa dibeli di toko di Balubur Town Square Bandung dan Rupa Rupi Handicraft Market, serta Instagram @tulatali.
UMKM tersebut berlokasi di Jl. Panaitan No. 35 RT 012/006 Kelurahan Kebon Pisang Kecamatan. Sumur Bandung, Kota Bandung.
Tak tanggung-tanggung, pengikut akun @tulatali sudah mencapai 2.230 orang. Wyda pun mengaku bisa memperoleh omzet sekitar Rp 10 -15 juta setiap bulannya dari penjualan Tulatali.
Menurutnya, Tulatali bisa dikenal banyak pelanggan karena ia banyak mengikuti program yang disediakan oleh RKB BRI. Ya, sama seperti Susi, Wyda juga merupakan peserta RKB BRI. Namun berbeda dengan Susi, Wyda merupakan nasabah Britama.
"Pelatihan dan workshop dari RKB BRI sangat membantu kemajuan Tulatali ,mulai dari workshop macrame, ecoprint, hingga suminagasi, yang kemudian saya aplikasikan ke produk tulatali. RKB BRI juga pernah memfasilitasi Tulatali di beberapa pameran dengan market pasar berbeda," kata dia.
Wyda melanjutkan, dirinya juga pernah ikut incubator yg diselenggaran oleh RKB BRI. Menurutnya, di sana ia mendapat banyak sekali ilmu, terutama untuk keuangan, logistik, pemasaran, dan pelatihan tentang marketplace. Secara perlahan-lahan, imbuh Wyda, ilmu itu sudah mulai ia terapkan dalam bisnisnya.
Menginspirasi
Kisah Susi dan Wyda di atas dapat memberi inspirasi bagi para calon pelaku UMKM bahwa hobi dapat menjadi bisnis yang menguntungkan. Selain itu, usaha seperti Awie Bah Akim juga dapat menjaga kelestarian budaya lokal.
Para calon pelaku UMKM juga dapat mencontoh Susi dan Wyda yang mencari dukungan kepada RKB dari BRI. Perlu diketahui, program tersebut yang diinisiasi oleh Kementerian BUMN sebagai upaya pemberdayaan ekonomi kerakyatan, khususnya bagi para pelaku usaha mikro kecil dan menengah.
Nantinya, Â RKB akan mendampingi dan mendorong para pelaku UMKM dalam menjawab tantangan utama dalam peningkatan kompetensi, peningkatkan akses pemasaran, dan kemudahan akses permodalan.
Ingin mengikuti jejak Susi dan Wyda? Anda bisa mencari informasi tentang RKB lebih lanjut atau mendaftarkan diri di Rumah Kreatif BUMN BRI Cabang Bandung yang beralamat di Jl. Jurong No.50, Pasteur, Sukajadi, Kota Bandung Jawa Barat 40161.
Selamat mencoba!