Sukses

OK OCE Jadi Senjata Sandiaga Berdayakan Perempuan

Sandiaga Uno menyebut OK OCE sebagai jawaban melindungi wanita dari diskriminasi di lapangan kerja.

Liputan6.com, Jakarta - Calon wakil presiden Sandiaga Uno mendorong entrepreneurship demi membangkitkan ekonomi keluarga. Ini dijawabnya sebagai respons cara melindungi perempuan dari diskriminasi.

Solusi Sandiaga Uno adalah membawa OK OCE demi menolong para pengusaha wanita, terutama yang berbisnis mikro. Ia menyebut program ini menjanjikan karena tercermin dari capaian program itu di DKI Jakarta.

"Kami melihat di gerakan OK OCE juga dominasi emak-emak, perempuan luar biasa," ujar Sandiaga Uno pada debat pilpres 2019 di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, Sabtu (13/4/2019).

Meski jawaban Sandiaga tidak menjawab perlindungan perempuan, ia percaya bahwa entrepreneurship itu bisa mendorong penciptakaan lapangan kerja.

Presiden Jokowi dan Ma'ruf Amin menyebut pemerintah saat ini sudah memiliki program seperti itu yakni Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) dan Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar). Tetapi, Sandiaga berkata ada kesulitan perizinan dalam program tersebut.

Solusi Sandiaga pun adalah memberikan mentor untuk mendampingi para pengusaha mikro perempuan yang kesulitan di lapangan kerja. Namun, sejatinya program Mekaar pun memiliki pendampingan untuk membantu para perempuan dalam melunaskan biaya dan urusan lain seputar bisnis.

2 dari 2 halaman

Sri Mulyani: Partisipasi Perempuan Bekerja di Indonesia Hanya 54 Persen

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani sudah sempat angkat bicara soal partisipasi perempuan di dunia kerja. Angka yang ia sebut pun sesuai dengan pertanyaan di debat pilpres malam ini. 

"Tadi saya sebutkan labor participation untuk perempuan, itu masih jauh tertinggal hanya 54 persen dibandingkan lebih dari 83 persen untuk laki-laki," ujar Sri Mulyani di Jakarta, Rabu, 13 Maret 2019. 

Menurutnya, kondisi ini disebabkan banyaknya kendala dihadapi perempuan sejak dari masih masa anak-anak hingga dewasa. Selain itu dalam hal akses keuangan, perempuan juga sering kesulitan mendapatkan pinjaman karena tidak memiliki jaminan.

Sementara itu, partisipasi ibu rumah tangga selama ini juga kurang diperhitungkan dalam PDB. Hal tersebut pun tengah dikaji secara global.

"Dan sekarang ini secara global, sudah ada inisiatif untuk menginput value-nya itu. Sehingga nanti secara statistik akan di-recognized sebagai suatu nilai yang sangat penting," papar dia.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut pun menambahkan, pemerintah juga akan bekerja sama dengan BPS untuk melihat kondisi ini secara statistik.

"Dengan adanya data statistik, biasanya akan memberikan informasi dan juga bukti sehingga isu mengenai gender itu bisa diletakkan sebagai objektif," tandasnya.