Sukses

Awas, Jangan Salah Pilih

Waktu menyisihkan uang untuk ditabung, Anda dihadapkan pada pilihan untuk menaruhnya di tabungan di bank atau dibelikan produk investasi lain.

Liputan6.com, Jakarta - YESSSS…!! Akhirnya semua kampanye selesai sudah. Sejak Minggu 14 April kemarin, Indonesia memasuki masa tenang sebelum akhirnya Pemilu dilakukan 17 April.

Biarpun cuma sebentar, tapi yang namanya masa tenang ini penting supaya suasana tegang karena kampanye bisa turun tensinya.

Ya, di media cetak, elektronik, bahkan sampai media sosial, semuanya dipenuhi berita dan obrolan tentang Pemilu yang- walaupun ada juga Pemilu Legislatif, tapi serunya masih kalah dengan Pemilu Presiden. Hal itu seperti disampaikan perencana keuangan, Safir Senduk.

Sejujurnya saya sendiri sudah sangat jenuh melihat terlalu banyaknya pendukung dari masing-masing pasangan calon peserta pemilu presiden saling menjatuhkan satu sama lain di media sosial.

Itu setiap hari lho selama beberapa bulan terakhir. Semua itu, bagi mereka yang memposting di media sosial - ujung-ujungnya ya untuk mempengaruhi Anda dalam memilih.

Tanpa Anda sadari - pilihan Anda akan berpengaruh pada konsekuensi apa yang akan Anda terima setelah itu. Jadi kalau Anda salah pilih, yaaa masa depan bangsa ini yang dipertaruhkan.

Nah, dalam keuangan, disadari atau tidak, sebetulnya semua yang kita lakukan juga adalah pilihan.

Oke, waktu lulus sekolah, Anda sudah dihadapkan pada pilihan akan terjun ke profesi macam apa yang akan Anda jalani, seperti apakah Anda akan bekerja sebagai karyawan, pekerja mandiri, atau buka usaha sendiri.

Apapun yang Anda pilih, ujung-ujungnya nanti akan berpengaruh kepada seberapa besar penghasilan yang akan Anda terima.

Akan tetapi, pemilihan yang Anda lakukan tidak selesai sampai di situ. Pada saat menerima penghasilan, Anda dihadapkan lagi pada pilihan untuk menghabiskan penghasilan tersebut buat membayar pengeluaran atau menabungkannya sebagian sebelum membayar pengeluaran Anda yang lain.

Kalau dihabiskan semua untuk bayar pengeluaran, maka kebutuhan Anda terbayar. Akan tetapi, kalau ada yang Anda tabung, uang untuk membayar kebutuhan jelas jadi berkurang sehingga otomatis ada pos-pos yang harus dihemat.

Selesai? Belumlah. Waktu menyisihkan uang untuk ditabung, Anda dihadapkan pada pilihan untuk menaruhnya di tabungan di bank atau dibelikan produk investasi lain.

Kalau masuk ke tabungan, Anda bisa akses kapanpun, tapi ya hasil investasinya kecil. Kalau dibelikan Emas, Anda enggak akan mudah menjualnya kembali, tapi hasil investasinya mungkin lumayan. Kalau beli saham atau reksa dana, hasilnya bisa lebih besar, tapi potensi risikonya juga lebih besar.

Eits, ini masih belum selesai juga. Waktu punya uang dan Anda ingin menggunakannya untuk beli baju, Anda dihadapkan pada berbagai macam merek busana.

Beda merek, beda kualitas. Ada merek yang harganya murah, tapi kualitasnya terkenal jelek. Ada merek yang harganya lebih mahal, tapi kualitasnya lebih baik.

Ada merek yang mahal sekali, tapi kualitasnya sangat baik. Makin baik kualitasnya, makin beda Anda terlihat. Waktu anak Anda besar dan harus masuk sekolah, Anda dihadapkan lagi pada pilihan sekolah mana yang sebaiknya dia masuki. Beda sekolah, beda kualitas.

Contoh-contoh di atas tidak akan pernah selesai kalau saya teruskan. Sama seperti hidup yang penuh dengan pilihan, kehidupan keuangan kita juga penuh dengan pilihan.

Bahkan setiap hari kita harus memilih: barang apa yang akan kita beli, investasi apa yang akan kita lakukan, profesi apa yang akan kita tekuni, bank mana yang baiknya kita pilih, asuransi apa yang baiknya kita ambil, kendaraan apa yang baiknya kita beli, saham apa yang sebaiknya kita pilih, reksadana apa yang sebaiknya kita masuk, dan seterusnya.

 

 

 

 

2 dari 4 halaman

1. Miliki Banyak Pilihan

Pilihan-pilihan tersebut datang setiap hari di depan mata kita. Dan - disadari atau tidak - apapun pilihan Anda, akan berpengaruh kepada kualitas hasil akhir yang akan Anda dapatkan. Sama seperti Anda memilih Presiden: siapapun yang Anda pilih, akan berpengaruh pada seperti apa hasil pembangunan di negeri ini nantinya.

Jadi kesimpulannya: jangan salah pilih. Karena kalau Anda salah pilih - terutama dalam hal keuangan - bisa berpengaruh pada hasil akhir yang Anda dapatkan.

Pertanyaannya sekarang, bagaimana caranya supaya tidak salah pilih?

1. Miliki Banyak Pilihan

Ketika tiba-tiba dihadapkan pada sebuah pilihan, apapun itu, saya selalu ingin memastikan kalau saya punya lebih dari satu pilihan. Oke, katakan Anda butuh membeli satu kemeja kerja.

Anda pergi ke mal. Kemudian Anda melihat ada satu toko, dan Anda lalu masuk ke dalam. Ketemu satu kemeja bagus. Apa yang Anda lakukan? Anda taruh lagi, dan melihat-lihat lagi di rak yang lain, mudah-mudahan ada lagi kemeja lain yang bagus. Katakan saja ada.

Bagus, berarti di toko itu ada dua kemeja. Kemudian, kalau Anda ingin menambah pilihan, ya sudah jangan beli dulu. Keluar dari toko, cari toko lain, dan lihat apakah ada kemeja lain yang juga bisa jadi pilihan.

Makin banyak pilihan, akan makin bagus buat Anda. Yang menarik, seringkali orang malas mencari pilihan yang lain karena menghabiskan waktu. Yang saya ingin katakan adalah, usahakan Anda punya lebih banyak pilihan.

Memang perlu waktu untuk bisa tahu alternatif pilihan yang lain. Tapi jangan lupa, ini uang Anda. Jadi pastikan uang Anda bisa bermanfaat semaksimal mungkin buat kesejahteraan Anda.

Dengan punya lebih banyak pilihan, maka Anda bisa memperbesar kemungkinan untuk tidak salah pilih. Miliki banyak pilihan.

 

3 dari 4 halaman

2. Lihat Tujuan Awal

2. Lihat Tujuan Awal

Setelah Anda punya banyak pilihan, maka yang harus Anda lakukan sekarang adalah dengan melihat kembali Tujuan Awal Anda.

Dalam contoh di atas, apa tujuan awal Anda cari kemeja? Menahan dingin? Pelindung hujan? Atau cuma buat gaya? Yang menarik, banyak orang dihadapkan pada pilihan, tapi karena dia tidak tahu apa tujuan awal kenapa dia harus memilih, maka seringkali dia bingung harus pilih yang mana.

Kalaupun dia memilih, seringkali pilihannya lebih karena dipengaruhi oleh faktor lain yang kadang nggak ada hubungannya. Keluar sebentar dari topik keuangan, dalam konteks Pemilu nanti misalnya, banyak orang dihadapkan dengan pilihan pasangan calon presiden, tapi karena mereka lupa apa tujuan awal memilih Pemimpin Negara, maka mereka bingung mau pilih siapa.

Atau, kalaupun memilih, seringkali pilihannya lebih karena dipengaruhi oleh orang lain, baik lewat omongan atau terpengaruh berita hoax atau isu tentang betapa jeleknya calon yang lain.

Akhirnya pilihannya yang tidak sesuai tujuan. Bagaimana mau sesuai tujuan wong kadang Tujuan Awalnya saja nggak ngerti? Jadi pastikan Anda mengerti apa tujuan awal Anda setiap kali dihadapkan pada pilihan apapun dalam hidup, terutama keuangan. Makin banyak pilihan, makin Anda harus pastikan bahwa Anda memang punya tujuan awal.

 

 

4 dari 4 halaman

3. Pilih Sesuai Tujuan

3. Pilih sesuai Tujuan

Setelah melihat tujuan awal Anda, jelas akan lebih mudah bagi Anda untuk memilih dari sekian banyak pilihan yang ada.

Kalau Anda punya lima pilihan kemeja di toko yang berbeda, dan Anda menyadari tujuan awal Anda adalah mencari kemeja yang memang untuk kerja, ya ini berarti Anda tinggal cari kemeeja yang memang sesuai tujuan awal Anda, yaitu kemeja dengan lengan yang tidak terlalu pendek, lebih bagus lagi kalau lengan panjang, dan kalau bisa dengan motif polos misalnya. Di luar itu ya jangan diambil.

Pertanyaannya, bagaimana kalau ada beberapa kemeja yang pas dengan Tujuan Awal Anda, tapi warnanya beda-beda? Jawabannya, ya sesuaikan lagi dengan kebijakan di tempat kerja Anda, misalnya warnanya harus konservatif ataukah boleh yang agak menyolok? Tinggal sesuaikan.

Kalau dua-duanya dibolehkan, ya berarti baru deh cari yang sesuai dengan keinginan Anda, dan kantong Anda. Jadi, lihat kan, menetapkan pilihan akan lebih mudah kalau Anda sadar apa Tujuan Awal Anda.

Jadi, sekarang Anda sudah lihat tidak hanya dalam Pemilu saja kita memilih, tapi sehari-haripun kita selalu dihadapkan pada pilihan, dan pilihan apa yang Anda pilih semuanya akan sangat menentukan akan jadi seperti apa kondisi keuangan Anda nantinya. Bukan begitu?

 

Perencana Keuangan: Safir Senduk

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Â