Sukses

Pembangunan Infrastruktur Tetap Jalan Dapat Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi

Menko Bidang Perekonomian, Darmin Nasution menuturkan, ekonomi global yang melambat akan pengaruhi ekspor impor.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution menyebutkan, ada beberapa hal yang dapat menjadi pendongkrak angka pertumbuhan ekonomi RI pada periode pemerintahan selanjutnya. Salah satunya adalah meneruskan pembangunan infrastruktur.

Dia menuturkan, pembangunan infrastruktur diperkirakan masih akan menjadi fokus pemerintah pada periode selanjutnya. Sebab saat ini masih banyak Proyek Strategis Nasional (PSN) yang belum rampung.

"Sebenarnya kalau dilihat dari basis kita membangun infrastruktur, itu masih jalan. Artinya, ambil contoh infrastruktur strategis ada 223, yang sudah selesai itu baru 64-65 loh. Artinya itu masih dibangun," kata dia saat ditemui usai melakukan pencoblosan di TP 20 Kompleks Liga Mas, Pancoran, Jakarta Selatan, Rabu (17/4/2019).

Dalam perjalanannya, Darmin mengatakan, pembangunan infrastruktur tersebut akan mampu mendongkrak angka pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Nah kalau itu perjalanan pembangunannya masih berjalan terus, itu akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi," ujar dia.

Tidak hanya itu, beberapa hal lain juga dapat menjadi faktor pendorong meningkatkan pertumbuhan ekonomi yaitu investasi, konsumsi rumah tangga hingga ekspor impor.

"Nah di ekspor impor mungkin tidak terlalu positif situasinya ya karena  ekonomi dunia sedang melambat. Ekonomi dunia melambat, perdagangan dunia melambat, maka sulit mengharapkan ekspor impor itu mendongkrak pertumbuhan," tutur dia.

Kendati demikian, dia menekankan pemerintah harus mampu menjaga agar kondisi ekspor impor tidak menjatuhkan keseimbangan neraca perdagangan.

"Yang harus dijaga, jangan menarik ke bawah dia ekspor impor itu. Kelihatannya ya kalau neraca perdagangannya defisitnya sedikit ada surplusnya sedikit ya itu sudah memadai, mungkin belum cukup tapi ya paling tidak mendorong menarik ke bawah ya," ujar dia.

 

 

* Ikuti Hitung Cepat atau Quick Count Hasil Pilpres 2019 dan Pemilu 2019 di sini

 

 

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 3 halaman

Hadapi Penurunan Ekonomi Global, Pasar Domestik Harus Diperkuat

Sebelumnya, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) turut berkomentar mengenai penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia oleh The International Monetary Fund (IMF) menjadi 3,3 persen. Menurut Apindo, penurunan ini wajar mengingat tingkat risiko ekonomi global masih dalam ketidakpastian.

"Jadi IMF menurunkan. Itu kalau kita lihat keadaan sekarang, lumrah mereka menurunkan," kata Wakil Ketua Umum Apindo, Shinta Kamdani, saat ditemui di kantornya, Jakarta, Kamis, 11 April 2019.

Shinta mengatakan, meskipun proyeksi pertumbuhan ekonomi global mengalami penurunan, namun kondisi fundamental makro ekonomi Indonesia masih cukup kuat. Sehingga, secara dampak tidak akan berpengaruh besar kepada ekonomi Indonesia.

"Walaupun impact pasti akan kena. Tapi, ini bisa kita mempertahankan posisi kita. Selama ini kita terus jaga, makanya sustainability ini sangat penting," katanya.

Pemerintah sendiri tidak bisa menutup mata dengan kondisi global saat ini. Oleh karena itu, dirinya menginginkan agar kondisi pasar dalam negeri lebih diperkuat, sehingga memiliki nilai dan daya saing yang tinggi.

"Saya pikir tidak akan terlu berpengaruh mestinya. Tapi bagaimana kita justru bisa memanfaatkan. Tadi kenapa saya katakan daya saing. Karena, kalau kita mau memanfaatkan pasar-pasar baru. Kita kan harus berkompetisi dengan negara lain," tutur dia.

Menurut Shinta, dengan memperkuat kondisi pasar dalam negeri, banyak keuntungan yang akan diterima Indonesia. Sebab, hasil produksi pasar dalam negeri sendiri banyak yang tidak dimiliki oleh negara-negara lain.

"Pasar Indonesia kan besar sekali, dengan populasi yang begitu besar. Ini bisa menjadi leveragekita untuk masuk ke pasar lain," ujar dia.

 

3 dari 3 halaman

Pengusaha: Indonesia Beruntung Pertumbuhan Ekonomi Bisa Capai 5 Persen

Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Hariyadi Sukamdani, menyatakan bahwa dalam 4,5 tahun perekonomian Indonesia mengalami tantangan yang cukup berat. Di mana tantangan tersebut berasal dari faktor global.

Hariyadi mencontohkan, salah satu tantangan yang dihadapi ekonomi Indonesia adalah keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau yang biasa disebut Brexit. Kemudian berlanjut pada kebijakan proteksionis dari Presiden Amerika Serikat (AS).

Menurutnya, kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump banyak mengundang reaksi dari beberapa negara. Salah satu yang paling berdampak adalah timbulnya perang dagang antara Amerika Serikat dengan China.

"Mencoba liat obyektif apa yang dicapai 4,5 tahun ini bukan hal yang mudah bagi kita semua. Faktor kondisi global memang kurang kondusif," ujarnya saat ditemui di Kantornya, Jakarta, Kamis, 11 April 2019.

Hariyadi mengatakan, Indonesia masih beruntung selama 4,5 tahun ini pertumbuhan ekonominya tumbuh stabil di angka 5 persen. Di mana, pada 2018 lalu saja pencapaian ekonomi Indonesia mampu berada di level 5,17 persen.

"Di tengah itu kita masih bisa tumbuh 5,17 persen. Pertumbuhan ini masih punya potensi naik lebih tinggi lagi. Ini proses tidak mudah," jelasnya.

Hariyadi menambahkan, pemerintah sendiri sudah baik untuk menggencarkan pembangunan infrastuktur dan juga pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Karena menurutnya, kedua faktor tersebut merupakan salah satu indikator dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi meskipun tidak bisa dirasakan secara langsung.

"Membangun infrastruktur itu bukan perkara gampang. Ada sinyal positif yang semakin kencang sebetulnya," pungkasnya.

 

Â