Liputan6.com, Jakarta - Saat ini berlangsung penghitungan sementara dari lembaga survei usai pemilihan umum (Pemilu) 2019 pada Rabu (17/4/2019). Dari hasil penghitungan sementara itu, calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi) dan calon wakil presiden nomor urut 01Â Ma'ruf Amin.
Lalu bagaimana dampak pergerakan rupiah di luar negeri dengan ada sentimen tersebut?
Di dalam negeri, pasar spot sedang libur untuk peringati pemilu 2019. Akan tetapi, rupiah masih diperdagangkan di pasar Non-Deliverable Forward (NDF) di luar negeri. NDF merupakan perdagangan mata uang berjangka atau suatu kontrak forward dalam jangka pendek.
Advertisement
Rupiah sempat bergerak di kisaran 14.085 per dolar AS. Kemudian sempat melemah di kisaran 14.086 per dolar AS. Hingga akhirnya rupiah menguat di kisaran 14.019 per dolar AS. Rupiah pun diperdagangkan di kisaran 14.070 per dolar AS.
Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede menuturkan, hasil penghitungan sementara oleh sejumlah lembaga survei menjadi katalis positif untuk pergerakan nilai tukar rupiah di pasar NDF.
"Quick count menunjukkan incumbent memimpin suara sementara. Itu sesuai ekspektasi pasar," ujar Josua saat dihubungi Liputan6.com.
Ia menambahkan, ada potensi rupiah lanjutkan penguatan di pasar spot pada perdagangan Kamis pekan ini. Ia prediksi, rupiah dapat berada di kisaran 14.000 per dolar AS.
Selain itu, rilis data ekonomi China dengan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2019 juga menjadi sentimen positif. Meski tumbuh 6,4 persen pada kuartal I 2019 dapat memberikan optimisme. Josua menambahkan, IMF menaikkan pertumbuhan ekonomi China.
Sebelumnya pada perdagangan kemarin, rupiah ditutup di kisaran 14.085 per dolar AS, berdasarkan data Bloomberg.
Baca juga:
Update real count pemilu 2024, di sini.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Perdagangan Kemarin
Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak stabil pada perdagangan Selasa ini. Analis memperkirakan rupiah bakal menguat pada perdagangan hari ini.
Mengutip Bloomberg, Selasa, 16 April 2019, rupiah dibuka di angka 14.060 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.062 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.060 per dolar AS hingga 14.070 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah menguat 2,26 persen.
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di di angka 14.066 per dolar AS, tak berbeda jauh dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.067 per dolar AS.
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, rupiah berpotensi bergerak positif didorong sentimen domestik yaitu suplusnya neraca perdagangan Maret 2019 yang dirilis Senin kemarin.
"Surplus neraca perdagangan mestinya bisa menjadi sentimen positif penguatan rupiah," ujar Lana, dikutip dari Antara.
Neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2019 mengalami surplus USD 540 juta atau lebih tinggi dari posisi surplus Februari 2019 sebesar USD 330 juta. Surplus neraca perdagangan dipicu oleh menurunnya jumlah impor, terutama impor bahan baku dan penolong.
Namun pada periode Januari-Maret 2019, neraca perdagangan Indonesia masih mengalami defisit USD 190 juta. Defisit tersebut karena neraca perdagangan nonmigas mengalami surplus, sedangkan neraca perdagangan migasnya defisit.
Dari eksternal, sentimen datang dari neraca perdagangan China pada Maret 2019 yang tercatat surplus. Surplus tersebut dipicu optimisme global yang membaik, ditambah sentimen positif dari potensi kesepakatan perang dagang dengan AS dan berakhirnya faktor musiman Tahun Baru China (Lunar New Year).
"Kemungkinan ekspor China khususnya ke Amerika Serikat (AS) kembali membaik seiring dengan kesepakatan dagang yang mendekati final," kata Lana.
Â
Advertisement