Sukses

Meneropong IHSG dan Sektor Saham Pilihan Usai Pemilu 2019

Bagaimana prediksi laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan sektor saham pilihan usai Pilpres 2019?

Liputan6.com, Jakarta - Proses pemilihan umum (Pemilu) 2019 berlangsung aman dan lancar menjadi katalis positif bagi pasar saham Indonesia.

Hal ini ditunjukkan dari pergerakan IHSG di awal sesi perdagangan. Kamis pagi, IHSG pada pembukaan perdagangan menembus level 6.600. Pada pukul 09.01 WIB, IHSG naik 140,92 poin atau menguat 2,17 persen menjadi 6.622.

Analis PT Artha Sekuritas, Dennies Christopher Jordan menilai, penguatan IHSG bukan merupakan efek pemenangan pasangan capres dan cawapres nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi)-Ma’ruf Amin berdasarkan hitung cepat Pilpres 2019. Penguatan IHSG dinilai lebih didorong proses Pemilu dan Pilpres 2019 Indonesia yang aman dan lancar.

"Bukan karena Jokowi effect, tapi lebih ke faktor jangka pendek saja," ujar dia, saat berbincang dengan Liputan6.com, Kamis pekan ini.

Melihat kondisi itu, Dennies menilai, IHSG sulit ditutup menguat ke level 6.600 pada Kamis pekan ini.

"Target kami mungkin sekitar 6.535, dan saya rasa bisa di atas itu. Tapi tidak yakin bisa capai ke 6.600 lagi," ujar dia.

Pada sesi kedua perdagangan saham Kamis pekan ini, IHSG menguat tapi sudah mulai terbatas. IHSG sudah naik tajam di awal sesi perdagangan ke posisi 6.568 dari penutupan perdagangan Selasa di kisaran 6.481,54.

30 menit jelang penutupan perdagangan saham, IHSG hanya menguat 14,26 poin atau 0,22 persen ke posisi 6.495,80.

Analis PT Artha Sekuritas Indonesia, Frederik Rasali menuturkan, penguatan IHSG menjadi terbatas karena usai Pemilu 2019 yang tertib sehingga dianggap kondisi Indonesia stabil. Sedangkan sentimen eksternal, Frederik menilai hanya pengaruhi secara umum.

Sementara itu, Kepala Riset PT RHB Sekuritas Indonesia, Henry Wibowo menilai, pelaksanaan pemilu berjalan lancar berdampak positif untuk IHSG. Akan tetapi, pelaku pasar menanti kejelasan hasil resmi pelaksanaan Pemilu 2019 dari Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Oleh karena itu, IHSG belum bergerak reli signifikan pada perdagangan Kamis pekan ini. Selain itu, Henry mencermati, pelaku pasar melepas saham-saham barang konsumsi sehingga menekan IHSG.

Dengan melihat kondisi ini, Henry menilai justru menjadi kesempatan bagi pelaku pasar untuk memburu sejumlah saham terutama di sektor saham konstruksi, perbankan dan properti, serta infrastruktur.

 

 

* Ikuti Hitung Cepat atau Quick Count Hasil Pilpres 2019 dan Pemilu 2019 di sini

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 3 halaman

Target IHSG hingga Akhir 2019

Usai pemilu 2019, IHSG cenderung menguat. Lalu bagaimana prediksi hingga akhir tahun?

Henry menuturkan, pihaknya telah meng-upgrade IHSG untuk satu tahun ke depan ke posisi 7.600. IHSG menguat itu didorong pertumbuhan laba perusahaan sekitar 14 persen pada 2019. Ditambah IHSG diperdagangkan di kisaran 16 kali dari sebelumnya 14-15 kali.

"IHSG kami upgrade dari 7.000 menjadi 7.600 untuk satu tahun ke depan," ujar Henry saat dihubungi Liputan6.com.

Sementara itu, Frederik masih sama untuk target IHSG pada 2019. IHSG akan berada di kisaran 6.700. "Saya masih sama, target 6.700 sambil menanti kebijakan-kebijakan," kata Frederik.

 

3 dari 3 halaman

Sektor Saham Pilihan

Lalu bagaimana dengan sektor dan saham pilihan usai Pemilu 2019?

Direktur Riset dan Investasi PT Kiwoom Sekuritas, Maximilianus Nico Demus menuturkan, saham bank hingga Badan Usaha Milik Negara (BUMN) layak untuk dibeli. Saham pilihannya antara lain PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).

Sementara itu, Kepala Riset PT MNC Sekuritas, Edwin Sebayang merekomendasikan saham PT Ciputra Development Tbk (CTRA), PT Adhi Karya Tbk (ADHI), dan PT Waskita Karya Tbk (WSKT).

"Tak lupa saham PT Bumi Serpong Damai Tbk, PT Perusahaan Gas Negara Tbk, dan PT Bank Tabungan Negara Tbk," tutur dia.

Sementara itu, Henry memilih sektor saham infrastruktur, kawasan industri, properti dan perbankan.

Ada sejumlah faktor yang membuat saham tersebut jadi pilihan. Pertama, menurut Henry, pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 01 Jokowi-Ma’ruf Amin yang unggul dalam hitung cepat sementara akan jadi sentimen positif untuk sektor infrastruktur dan konstruksi.

Henry menilai, Jokowi masih akan melanjutkan dan menyelesaikan proyek infrastruktur seperti LRT.

Selain itu, ada holding BUMN karya dan infrastruktur diharapkan dapat permudah BUMN untuk mencari pendanaan. "Balance sheet tidak bagus sehingga ada super holding bisa bantu cari financing," tutur Henry.

Selanjutnya, menurut Henry, ada reformasi Undang-Undang (UU) ketenagakerjaan diharapkan dapat jadi katalis positif untuk sektor saham kawasan industri. Dengan ada perubahan aturan diharapkan dapat menarik aliran dana investor asing langsung di sektor riil.

Sedangkan perbankan menjadi pilihan karena bobotnya di indeks saham MSCI atau indeks saham acuan global.

Untuk saham pilihan, Henry memilih saham PT Waskita Karya Tbk (WSKT), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT PP Tbk (PTPP), PT Jasa Marga Tbk (JSMR), dan PT Semen Indonesia Tbk (SMGR).

Saham lainnya yaitu saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Astra International Tbk (ASII), dan saham PT Ciputra Development Tbk (CTRA). Sedangkan saham di sektor kawasan industri, Henry menilai saham PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk (BEST) dan PT Surya Internusa Semesta Tbk (SSIA) dapat dicermati pelaku pasar.

Sedangkan Frederik memilih sektor saham konstruksi, perbankan dan konsumsi. Ia menilai, dua sektor konstruksi dan perbankan merupakan sektor yang memiliki kapitalisasi pasar terbesar Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Dengan selesainya Pemilu 2019, proyek infrastruktur akan diselesaikan pembangunannya.  Sedangkan sektor bank jadi pilihan karena ketidakpastian ekonomi Indonesia lebih kecil. "Bila ekonomi Indonesia bisa bertumbuh artinya konsumsi otomatis akan meningkat," ujar dia.

Â