Liputan6.com, New York - Harga emas menguat dari level terendah pada 2019 seiring reli saham yang terhenti sehingga memberikan dukungan untuk logam mulia.
Akan tetapi, indeks dolar AS berada di level tertinggi dalam 22 bulan sehingga menjaga harga emas dalam level tertinggi.
Harga emas untuk pengiriman Juni naik 0,5 persen atau USD 6,2 ke posisi USD 1.297,40 per ounce. Harga emas untuk kontrak paling aktif berada di level terendah sejak 26 Desember. Harga emas telah membukukan kenaikan dalam dua dari tujuh sesi terakhir.
Advertisement
Baca Juga
Harga logam mulia mendapatkan tekanan baru-baru ini seiring bursa saham Amerika Serikat (AS) yang menguat.
Indeks saham S&P 500 dan Nasdaq membukukan posisi tertinggi untuk pertama kali pada perdagangan Selasa waktu setempat. Akan tetapi, harga emas stabil pada perdagangan Rabu setempat seiring wall street yang melemah.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Selanjutnya
Indeks dolar AS membukukan penguatan terhadap enam mata uang lainnya. Indeks dolar AS naik 0,4 persen ke posisi 97,98, dan tertinggi sejak Juni 2017.
Dolar AS menguat dapat membuat harga logam atau komoditas lebih mahal bagi investor pemegang mata uang lainnya.
"Dengan dolar AS menguat, harga emas dapat melemah. Dalam jangka pendek dapat kembali turun. Harga emas akan berada di kisaran USD 1.1250-USD 1.350," ujar Analis Sevens Reports dalam catatannya.
Harga emas melemah baru-baru ini dapat membuat aset tersebut lebih menarik. Adapun harga logam lainnya antara lain harga perak untuk pengiriman Mei naik 12,5 sen atau 0,9 persen ke posisi USD 14.916 per ounce.
Sementara itu, harga tembaga mendaki 0,6 persen menjadi USD 2.91 per pound. Harga platinum untuk pengiriman Juli bertambah 0,6 persen menjadi USD 888,60 per ounce. Sedangkan harga palladium melonjak 2,1 persen ke posisi USD 1.405,10 per ounce.
Advertisement