Sukses

Permudah Masyarakat, BI Perluas Layanan Sistem Kliring Nasional

BI meyakini, perluasan layanan akan memberikan kemudahan dan kecepatan bagi masyarakat dalam pembayaran ritel.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memperluas layanan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia atau SKNBI.

BI meyakini, perluasan layanan akan memberikan kemudahan dan kecepatan bagi masyarakat dalam pembayaran ritel.

"Ini juga sekaligus langkah Bank Indonesia dalam menyambut bulan Ramadhan masyarakat akan lebih murah, lebih mudah, dan lebih cepat melakukan transaksi pembayaran melalui SKNBI," kata Gubernur BI, Perry Warjiyo, di Gedung BI, Jakarta, Kamis (25/4/2019).

Perry menuturkan, pihaknya melakukan beberapa perluasan dalam layanan SKNBI. Salah satunya berupa penambahan waktu dan percepatan settlement.

"Penambahan waktu yang semula itu 5 kali sekarang akan menjadi 9 kali dalam setiap harinya. Sehingga ini kliring-nya dari 5 kali jadi 9 kali per hari," urainya.

"Waktu settlement-nya yang dulu setiap 2 jam sekarang setiap jam. Sehingga ini akan menjadi kemudahan bagi masyarakat melakukan transaksi pembayaran melalui SKNBI," sambungnya.

Tak hanya itu, Bank Indonesia juga memperluas batas nominal transaksi lewat SKNBI. Jika sebelumnya maksimum transaksi melalui SKNBI sebesar Rp 500 juta, dinaikkan menjadi Rp 1 miliar.

"Dan penurunan tarif yang semula Rp 5.000 per transaksi akan menjadi Rp 3.500 per transaksi," tandasnya.

 

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 3 halaman

BI Yakin The Fed Tahan Bunga Acuan hingga 2020

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) meyakini Bank Sentral AS atau The Fed tidak akan menaikkan suku bunga di tahun 2019 dan 2020. Hal ini disampaikan oleh Gubernur BI Perry Warjiyo.

"The Fed kemungkinan menaikkan bunga, tahun ini dan tahun depan minimal satu kali itu bacaan terakhir. Namun kali ini kami melihat The Fed tak naikkan bunga tahun ini dan tahun depan," kata Gubernur BI Perry Warjiyo di Gedung BI, Kamis, 25 April 2019.

Perry menilai, ekonomi AS melambat dan inflasinya tidak terlalu tinggi. Karena itulah, BI berasumsi The Fed tidak akan menaikkan bunganya.

Terkait ekonomi global, kata dia, perbaikan ekonomi global lebih rendah dari perkiraan, sementara ketidakpastian pasar keuangan berkurang.

"Ekonomi AS tumbuh melambat dipengaruhi menurunnya pendapatan dan keyakinan pelaku usaha, terbatasnya stimulus fiskal pasca berakhirnya penurunan pajak korporasi, serta berlanjutnya permasalahan struktural di pasar tenaga kerja," ujarnya.

 

3 dari 3 halaman

BI: Pertumbuhan Kredit Melambat di Awal Tahun

Bank Indonesia (BI) merilis hasil survei Perbankan pada triwulan I 2019. Dari hasil survei tersebut mengindikasikan bahwa pertumbuhan kredit melambat pada kuartal I 2019.

Kepala Departemen Komunikasi BI, Onny Widjanarko dalam keterangan resminya menyebutkan kondisi tersebut sesuai dengan pola di awal tahun, dimana kredit melambat dan diperkirakan kembali meningkat pada triwulan II 2019.

"Perkembangan tersebut tercermin dari saldo bersih tertimbang (SBT) permintaan kredit baru pada triwulan I-2019 sebesar 50 persen, lebih rendah dibandingkan dengan 71,7 persen pada triwulan sebelumnya," kata dia seperti tertulis di laman BI, Selasa, 16 April 2019.

Sementara itu, berdasarkan jenis penggunaan, perlambatan tersebut terutama bersumber dari kredit modal kerja dan kredit investasi yang mengalami tekanan.

Pada triwulan II-2019, pertumbuhan kredit diprakirakan akan kembali meningkat didorong oleh peningkatan pertumbuhan ekonomi, risiko penyaluran kredit yang rendah, rasio kecukupan modal yang meningkat, dan likuiditas yang cukup.

"Sejalan dengan prakiraan peningkatan penyaluran kredit baru pada triwulan II-2019, standar penyaluran kredit diprakirakan lebih longgar pada periode yang sama," ujarnya.

Hal ini tercermin dari prakiraan indeks lending standard triwulan II-2019 sebesar 12,4 persen, lebih rendah dibandingkan dengan 13,6 persen pada triwulan sebelumnya.

"Pelonggaran standar penyaluran kredit terutama akan dilakukan untuk jenis kredit konsumsi, dengan aspek biaya persetujuan kredit dan jangka waktu kredit yang lebih longgar," lanjutnya.

Secara keseluruhan, hasil survei mengindikasikan responden tetap optimis terhadap pertumbuhan kredit untuk keseluruhan tahun 2019.

"Responden memprakirakan pertumbuhan kredit pada 2019 akan mencapai 11,6 persen. Optimisme tersebut didorong oleh prakiraan pertumbuhan ekonomi yang tetap baik pada 2019 dan risiko penyaluran kredit yang relatif rendah." kata dia.

Â