Liputan6.com, Tel Aviv - Bos klub sepak bola Chelsea, Roman Abramovich, masih menjadi orang terkaya di Israel. Miliarder itu menjadi orang terkaya Israel setelah menjadi warga negara Israel pada tahun lalu.
Dilansir Business Insider, Abramovich mendapat status orang terkaya di Israel dengan kekayaan USD 13,3 miliar atau Rp 188,6 triliun (USD 1 = Rp 14.182).
Pada tahun 2015, sang miliarder membeli hotel mewah Varsano dengan harga sekitar USD 2,8 juta (Rp 39,7 miliar) dari suami aktris Gal Gadot. Hotel di Tel Aviv itu tutup permanen untuk menjadi kediaman Abramovich.
Advertisement
Baca Juga
Kekayaan Abramovich berasal dari sahamnya perusahaan tambang seperti Evraz dan Norilsk Nickel. Meski terkaya di Israel, Abramovich juga menjadi orang terkaya nomor 10 di Rusia versi Forbes.
Bila Abramovich adalah pria terkaya di Israel, wanita terkaya adalah Shari Arison, pewaris dari perusahaan pelayaran Carnival. Kekayaannya mencapai USD 5 miliar (Rp 70,9 triliun).
Saat ini, Tel Aviv merupakan pusat miliarder di Israel. Miliarder Eyal Ofer dan Stef Wertheimer juga tinggal di Tel Aviv.
Para startup pun makin tertarik untuk aktif di Tel Aviv. Alhasil, mereka yang menjadi miliarder berkat dunia korporasi dan yang lewat startup berkumpul di ibu kota Israel.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Miliarder Ini Imbau Negara Teluk dan Israel Segera Berdamai
Miliarder asal Uni Emirat Arab (UEA), Khalaf Ahmad Al Habtoor, menyerukan perdamaian antara Israel dan Gulf Cooperation Council (GCC) atau Dewan Kerjasama Teluk. Ia menyebut ada banyak sektor yang kedua pihak bisa kerjakan bersama, termasuk pertahanan.
Dilansir dari The Jerusalem Post, Khalaf menyebut sudah ada preseden yakni Mesir, Maroko, dan Yordania yang berdamai dengan Israel. Meski perdamaian Israel-Negara Teluk tak banyak yang membahas, sang miliarder menyebut banyak yang memikirkannya.
"Sebuah topik yang banyak orang pikirkan tetapi takut didiskusikan: Mengapa negara GCC tidak menandatangani traktat perdamaian dengan Israel, sama seperti yang sudah dilakukan Mesir, Maroko, dan Yordania sebelumnya? Marilah kita bekerja bersama dan berkooperasi di ranah teknologi, agrikultur, bahkan pertahanan," ujar sang miliarder lewat akun Twitter resminya.Â
Menteri Komunikasi Israel, Ayoob Kara, menyambut baik ajakan sang miliarder. Sebuah undangan mengunjungi Israel pun dikirimkan untuk Khalaf.
Lebih lanjut, Menteri Kara berkata musuh sebenarnya di kawasan mereka adalah Iran yang disebut sebagai satu-satunya musuh koalisi Saudi dan Israel.
Sang miliarder dari Dubai pun menyebut ada syarat koalisi antara negara teluk dan Israel, yaitu pemberian hak bagi rakyat Palestina.
"Saya percaya negara-negara GCC harus menandatangani traktat damai dengan Israel, dan sebagai balasannya Israel harus membalas kebaikan dengan memberi rakyat Palestina hak mereka. Kolaborasi GCC-Israel akan menguntungkan rakyat kedua pihak," ujarnya.
Khalaf adalah pemimpin Habtoor Group. Perusahaan yang berbasis di Dubai itu bergerak di sektor hospitality, otomotif, pendidikan, rental mobil, dan real estate.
Advertisement
PM Israel Sukses Dapat Jabatan Kelima, Mimpi Buruk Palestina?
Pemilihan umum di Israel menunjukkan kemenangan blok sayap kanan yang mendukung petahana, Benjamin Netanyahu. Dengan lebih dari 99 persen suara telah dihitung, kubu Netanyahu berhasil mendapatkan 65 dari 120 kursi parlemen.
Rival utama Netanyahu, Benny Gantz mengakui kekalahannya pada Rabu, 10 April 2019.Â
"Kami menghormati keputusan rakyat," katanya kepada wartawan, mengutip Al Jazeera pada Kamis, 10 April 2019.
Sebetulnya, kubu Biru dan Putih pendukung Gantz memenangkan kursi hampir sama besar dengan Partai Likud yang dipimpin sang petahana.
Namun, kubu Gantz seolah buntu untuk berkoalisi dengan partai lain agar menjadi mayoritas parlemen. Mengingat, partai-partai sayap kanan telah bersatu dengan kubu Netanyahu.
Para pendukung petahana bersuka ria pada Rabu pagi. Berbicara kepada kerumunan, Netanyahu memuji usaha mereka atas pencapaian yang tidak dibayangkan.
"Saya sangat tersentuh karena bangsa Israel sekali lagi mempercayakan saya untuk kelima kalinya, bahkan dengan kepercayaan yang lebih besar," kata Netanyahu.
Perlu diketahui, jumlah pemilih pada pemilu kali ini sebanyak 67,9 persen dari warga yang terdaftar dalam daftar pemilih tetap. Angka itu menurun dari 71,8 persen pada 2015 lalu. Rendahnya partisipasi itu salah satunya akibat adanya kampanye untuk memboikot pemilihan.
Meski memecahkan rekor menjadi perdana menteri terlama dalam sejarah Israel, Netanyahu masih harus menghadapi kemungkinan didakwa atas tuduhan korupsi.