Sukses

RI-Belanda Sepakat Tingkatkan Kerja Sama di Bidang Transportasi

Menhub Budi Karya Sumadi mengajak agar Indonesia dan Belanda dapat semakin mengeksplor tiap potensi yang dimiliki kedua negara.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menyatakan, Pemerintah Indonesia dan Belanda telah membuat kesepakatan untuk mempererat hubungan bilateral kedua negara, khususnya di bidang transportasi

"Pada Forum Maritim Bilateral Ketiga antara Indonesia dan Belanda  pada bulan Februari 2019 lalu, kedua negara sepakat untuk meningkatkan kerja sama yang efektif di bidang pelatihan kejuruan di bidang transportasi, pembuatan kapal, pengembangan pelabuhan dan bidang operasional lainnya," ungkap dia, Rabu (1/5/2019).

Dia menuturkan, Indonesia dan Belanda memiliki latar belakang dan sejarah yang unik. Hal itu kemudian yang dikatakannya membuat kedua negara ini semakin erat dan dinamis. 

Bukan hanya di bidang transportasi, kerja sama Indonesia dengan Belanda juga dilakukan di berbagai bidang lain yakni perdagangan, investasi, infrastruktur, pertanian, maritim, pendidikan, dan pariwisata.  

Budi juga mengajak agar Indonesia dan Belanda dapat semakin mengeksplor tiap potensi yang dimiliki kedua negara, serta meningkatkan hubungan bilateral antar keduanya.

"Mari kita berdua terus mengeksplorasi setiap potensi yang ada, untuk membuat kemitraan kita ditingkatkan dan diperdalam," tandas Budi.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 3 halaman

RI Perlu Belajar dari Meksiko dan New York Bangun Transportasi Umum

Sebelumnya, Indonesia dinilai dapat mencontoh dan belajar dari Meksiko dan New York, Amerika Serikat (AS) untuk membangun angkutan masal perkotaan.

Menteri Perencaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro menuturkan, kedua kota tersebut sudah cukup matang dalam urusan angkutan masal.

"Kita belajar contoh kasus Mexico, mereka dapat membangun skema dukungan finansial dari pemerintah federal melalui trust fund untuk membangun angkutan umum masal perkotaan yang dikelola oleh Bank Pembangunan Federal atau Banorbas," kata Bambang saat ditemui di Jakarta, Selasa, 23 April 2019.

Bambang menyebut, dukungan keuangan dari pemerintah federal tersebut dapat digunakan untuk membiayai hingga 50 persen biaya studi, capacity building dan penyiapan proyek, dan sampai dengan 50 persen biaya pembangunan infrastruktur transportasi perkotaan.

Untuk mendapatkan dukungan dari pemerintah federal tersebut, pemerintah daerah harus memperkuat institusi penyelenggara angkutan umum, merencanakan dan membangun mobilitas perkotaan, menanggung 50 persen dari biaya studi dan penyiapan proyek, menanggung 50 persen dari pembangunan infrastruktur, dan mengikut sertakan partisipasi swasta untuk pembiayaan sarana. 

"Pada sisi lain, Banorbas juga mengelola jalan-jalan tol milik Pemerintah Federal, sehingga keuntungannya bisa digunakan untuk membiayai trust gund untuk membangun angkutan umum masal perkotaan," ujar Bambang.

 

3 dari 3 halaman

Belajar dari New York

Di samping itu, Indonesia juga perlu belajar belajar dari New York melalui Metropolitan Transportation Authority (MTA) mengelola integrasi pendapatan sektor transportasi.

Baik dari tiket maupun non-tiket, dari beberapa kota yang berbeda dalam satu kawasan metropolitan untuk membiayai angkutan umum yang terintegrasi yang melayani lintas wilayah.

MTA juga didirikan karena sebelumnya angkutan umum massal di New York juga mengalami degradasi pelayanan, sehingga share nya rendah dan tidak berkontribusi terhadap kinerja lalu lintas. 

"Pada sisi lain pendapatan dari pengelolaan toll dan tunel mendapatkan keuntungan. Pada akhirnya pemerintah federal membentuk MTA untuk mengelola beberapa pelayanan sektor transportasi yang di miliki oleh beberapa kota yang berbeda untuk mengintegrasikan pelayanan dan meningkatkan pelayanan angkutan umum masal," ujar dia.

Bambang menuturkan, penyediaan transportasi umum massal di wilayah perkotaaan saat ini belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

Hingga saat ini upaya-upaya kota-kota di Indonesia untuk membangun transportasi massal perkotaan masih menghadapi banyak permasalahan, di antaranya rendahnya kapasitas fiskal, kapasitas institusi, dan kapasitas sumber daya manusia. 

"Dengan pengecualian Jakarta dengan MRT dan BRT dan Palembang dengan LRT, kota-kota besar lain belum pernah membangun angkutan umum massal perkotaan baik BRT, LRT maupun MRT," kata dia.

Oleh karena itu, kata dia, pembangunan angkutan umum massal di perkotaan membutuhkan strategi dan dukungan pemerintah pusat untuk pengembangan angkutan massal di daerah dengan mengakomodasi aspek teknis, pendanaan, dan kelembagaan secara komprehensif. 

Saat ini, skema dukungan yang diberikan pemerintah pusat masih belum seragam seperti pada kasus LRT Sumsel yang menggunakan 100 persen biaya APBN, MRT Jakarta dengan pembiayaan 49 persen dukungan APBN dan 51 persen berupa pinjaman, dan LRT Jabodebek yang diwujudkan melalui sinergi dukungan BUMN.