Sukses

Pelemahan Rupiah Akibat Meningkatnya Kebutuhan Dolar AS

BI tetap berada di pasar untuk menjaga rupiah agar tetap stabil.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menyatakan pelemahan rupiah yang terjadi dalam beberapa hari lebih disebabkan oleh faktor internal. Salah satunya yaitu meningkatnya kebutuhan dolar Amerika Serikat (AS) di dalam negeri.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko mengatakan, sama seperti tahun-tahun sebelumnya, pada kuartal II kebutuhan akan dolar memang cenderung mengalami peningkatan.

Hal tersebut karena pada kuartal ini perusahaan melakukan pembagian deviden serta membayar utang luar negeri yang membutuhkan dolar dalam jumlah besar.

"April, Mei, Juni ini memang memasuki pembagian dividen multinasional company, pembayaran bunga dan sebagainya," ujar dia di Kantor BI, Jakarta, Kamis (2/5/2019).

Namun, lanjut dia, faktor eksternal juga turut mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, yaitu adanya kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi global. ‎"Sentimen risk off memicu pelemahan indeks saham global diikuti penguatan tajam nilai tukar USD (DXY) naik ke level tertinggi sejak Mei 2017,” ungkap dia.

Meski demikian, Onny memastikan BI tetap akan memantau pergerakan nilai tukar ini. Bank sentral juga tetap berada di pasar untuk menjaga rupiah tetap stabil.

"Tapi iya kami tetap berada di pasar," tandas dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Nilai Tukar Rupiah Menguat Tipis

Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat tipis di perdagangan hari ini, Kamis (2/5). Pagi ini, Rupiah dibuka di level 14.206 per dolar AS atau menguat dibanding penutupan perdagangan sebelumnya di 14.256 per dolar AS.

Mengutip data Bloomberg, Rupiah bergerak melemah usai pembukaan. Tercatat, saat ini nilai tukar berada di level 14.247 per dolar AS.

Bank Indonesia (BI) mencatat pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap USD mengalami penguatan secara point to point 1,17 persen hingga 23 April 2019. Bila dibandingkan dengan level 2018, nilai tukar Rupiah juga menguat 2,17 persen secara point to point dan 0,80 persen secara rerata.

Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan, perkembangan ini tidak terlepas dari perkembangan aliran masuk modal asing yang besar ke pasar keuangan domestik, termasuk aliran masuk ke pasar saham yang berlanjut pada April 2019.

"Nilai tukar Rupiah pada 23 April 2019 tercatat menguat 1,17 persen secara point to point dibandingkan dengan akhir Maret 2019 dan 0,58 persen secara rerata dibandingkan dengan rerata Maret 2019," kata Perry kemarin.

Bank Indonesia memandang nilai tukar Rupiah akan stabil dengan mekanisme pasar yang tetap terjaga baik. Hal ini sejalan prospek sektor eksternal yang membaik didorong prospek perekonomian domestik yang tetap positif dan ketidakpastian pasar keuangan yang berkurang.

"Untuk mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar dan memperkuat pembiayaan domestik, Bank Indonesia terus mengakselerasi pendalaman pasar keuangan, khususnya di pasar uang dan valas," tandas dia.