Sukses

Rupiah Lanjutkan Koreksi Imbas Ancaman Trump terhadap China

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih lanjutkan koreksi pada perdagangan Selasa pekan ini.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih lanjutkan koreksi pada perdagangan Selasa pekan ini.

Pelaku pasar masih mencermati perkembangan terbaru negosiasi perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China usai Presiden AS Donald Trump lewat akun media sosialnya mengancam akan menaikkan tarif impor produk China pada pekan ini.

Berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), Selasa (7/5/2019), rupiah melemah tipis ke posisi 14.309 per dolar AS dari periode 6 Mei 2019 di kisaran 14.309.

Sementara itu, berdasarkan data Bloomberg, rupiah turun terbatas 0,3 persen atau 5 poin ke posisi 14.292 per dolar AS pada pembukaan dari penutupan Senin kemarin di posisi 14.297 per dolar AS.

Pada Selasa siang, rupiah bergerak di posisi 14.308 per dolar AS. Rupiah pun bergerak di kisaran 14.292 per dolar AS-14.311 per dolar AS.

Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede menuturkan, nilai tukar rupiah masih melanjutkan pelemahan terhadap dolar AS imbas sentimen global. Salah satunya negosiasi perdagangan antara AS-China.

Cuitan Presiden AS Donald Trump pada akhir pekan lalu waktu setempat telah membuat pasar keuangan global tertekan. Hal ini juga berdampak terhadap pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Selasa pekan ini.

"Statement Trump akan tetap berlakukan tarif terhadap produk China menjadi sentimen negatif ke pasar. Mata uang di Asia terkoreksi termasuk yuan melemah cukup signifikan, dan rupiah hingga ke posisi 14.300," ujar Josua saat dihubungi Liputan6.com.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 3 halaman

Pelaku Pasar Cermati Negosiasi Dagang AS-China

Ia menuturkan, pelaku pasar masih mencermati perkembangan negosiasi perdagangan AS-China. Apalagi sebagian negosiator China juga akan tetap ke Washington, AS untuk melanjutkan perundingan. Josua mengatakan, sentimen eksternal ini lebih mendominasi pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ketimbang sentimen internal, salah satunya rilis data ekonomi Indonesia.

"Pasar mencermati perang dagang AS-China. Pernyataan Trump perlu dikonfirmasikan lagi yang berencana menaikkan tarif impor produk China pada pekan ini," kata dia.

Tercatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2019 di kisaran 5,07 persen. Pertumbuhan ekonomi ini di bawah konsensus pasar. Akan tetapi, Josua menuturkan, Badan Pusat Statistik (BPS) menilai itu faktor musiman dan ada kenaikan tarif transportasi.

Konsumsi masyarakat akan meningkat seiring ada momen Lebaran dan kenaikan gaji pegawai negeri sipil (PNS).

Hal ini dapat dongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II dan III. Namun, Josua mengingatkan pemerintah untuk mengelola kepercayaan investor mengingat pertumbuhan ekonomi diperkirakan 5,2 persen-5,3 persen pada 2019.

"Pemerintah perlu jaga ekspektasi investor atau dikelola ekspektasinya karena pertumbuhan ekonomi dalam APBN sekitar 5,2 persen-5,3 persen," tutur dia.

Josua memperkirakan, rupiah akan bergerak di kisaran 14.275-14.350 per dolar AS pada Selasa pekan ini. Ia menuturkan, pelemahan rupiah masih wajar mengingat aliran dana investor asing masih masuk ke Indonesia. Bank Indonesia (BI) pun akan berada di pasar untuk menstabilkan.

 

3 dari 3 halaman

Rupiah Melemah di Hari Pertama Puasa

Sebelumnya, nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada hari pertama puasa, Senin, 6 Mei 2019.

Berdasarkan data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah melemah 26 poin atau 0,18 persen ke posisi 14.308 per dolar AS pada Senin 6 Mei 2019 dari periode Jumat 3 Mei 2019 di kisaran 14.282 per dolar AS.

Sedangkan berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka menguat Rp 140 ke posisi 14.125 per dolar AS dari penutupan pekan lalu di kisaran 14.265 per dolar AS.

Pada Senin siang, rupiah melemah 0,46 persen ke posisi 14.331 per dolar AS. Rupiah pun bergerak di kisaran 14.125-14.331 per dolar AS.

Ekonom Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsi menuturkan, pelemahan rupiah terhadap dolar AS terjadi seiring Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali memberlakukan kenaikan tarif pada pekan ini.

"Perjanjian dagang antara AS-China yang sudah berlangsung sejak pertengahan Februari lalu dinilai Presiden AS Trump sebagai sangat lambat kemajuannya, dan ia kembali mengancam China untuk memberlakukan tarif impor terhadap barang-barang impor dari China senilai USD 200 miliar mulai pekan depan," kata dia seperti dikutip dari laman Antara, Senin pekan ini.

Ancaman terhadap China itu, merupakan upaya Trump untuk menekan segera terealisasinya perjanjian dagang itu. Trump menyebutkan, ada upaya China untuk menarik beberapa kesepakata sebelumnya dan melakukan renegosiasi.

"Kendati ancaman ini sebagai upaya Trump memaksa China untuk segera sepakat, namun pasar merespons negatif pernyataan Trump tersebut," ujar dia.

Mata uang Asia mayoritas melemah terhadap dolar AS. Yuan melemah 0,97 persen, dolar Hong Kong 0,01 persen, Won 0,72 persen, dolar Singapura 0,35 persen dan Baht 0,19 persen. Sedangkan menguat terhadap dolar AS 0,54 persen.

Lana prediksi, rupiah masih berpotensi menguat menuju kisaran antara Rp 14.240 per dolar AS-Rp 14.260 per dolar AS.

Â