Sukses

Garuda dan Citilink Siap Ikuti Aturan Tarif Batas Tiket Pesawat

Penentuan batas tarif ini merupakan kewenangan Kemenhub. Kementerian BUMN tidak ikut campur dalam penentuan tarifnya.

Liputan6.com, Yogyakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno memastikan maskapai Garuda Indonesia dan Citilink siap mengikuti ketentuan tarif yang diterapkan Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Hal ini menyusul rencana penurunan tarif batas atas tiket pesawat oleh Kemenhub.

"Loh kita harus semua mengikuti. Regulator (Kemenhub) itu kan mempunyai kebijakan-kebijakan yang kita sebagai pelaku pasar pasti mengikuti. Sekarang pun kita mengikuti gitu batasan-batasan itu," ujar dia di Bandara Internasional Yogyakarta, Selasa (7/5/2019).

Namun demikian, lanjut Rini, Kemenhub benar-benar menghitung struktur biaya yang harus dikeluarkan maskapai untuk bisa beroperasi. Dengan demikian, penetapan batas tarif atas ini tidak merugikam maskapai.

"Nah tapi memang kita menekankan kemarin juga waktu pembicaraan tolong dari regulator betul-betul menghitung cost strukturnya dari para pelaku usaha penerbangan," kata dia.

Menurut Rini, penentuan batas tarif pesawat ini merupakan kewenangan Kemenhub. Kementerian BUMN tidak ikut campur dalam penentuan tarifnya.

"Enggak, kita enggak ada usulan (tarif)," tandas dia.

2 dari 3 halaman

Harga Tiket Pesawat Mahal, Penumpang di Bandara AP I Anjlok

Mahalnya harga tiket pesawat membuat jumlah penumpang di bandara yang dikelola PT Angkasa Pura I (Persero) (AP I) menurun. Saat ini AP I mengelola 13 bandara yang tersebar di beberapa wilayah Indonesia.

Direktur Pemasaran dan Pelayanan Angkasa Pura I Devy Suradji mengatakan dalam tiga bulan pertama di 2019, terjadi penurunan 3,5 juta penumpang jika dibandingkan periode yang sama di 2018. Sedangkan secara total di tahun lalu, jumlah penumpang di 13 bandara Angkasa Pura I mencapai 96 juta penumpang.

‎"Yang jelas 3 bulan pertama itu, kuartal I itu, angka saya sekitar dari sisi pax itu yang kita laporkan sekitar 3,5 juta dropnya dari 2018. Itu seluruh bandara, 13 airport turun sekitar 3,5 juta," ujar dia di Yogyakarta, Selasa (7/5/2019).

Selain itu, dalam tiga bulan terakhir juga ada 35 ribu penerbangan yang telah terjadwal namun batal atau tidak menggunakan slot penerbangan yang telah didapatkan.

"Nah ini data masih kita kompilasi terus. nah kalau total penerbangan 35 ribu yang tidak flight dalam 3 bulan‎. Antara batal terbang, atau tidak operasi karena batal atau menang slot itu tidak digunakan, tetapi ada peruntukannya," kata dia.

 

3 dari 3 halaman

Penyebabnya

Menurut Devy, ada sejumlah faktor yang menyebabkan penurunan penumpang bandara yang dikelola Angkasa Pura I. Salah satunya karena tingginya harga tiket pesawat dalam beberapa bulan terakhir.

"Bukan hanya mahal, faktornya macam-macam, satu ada tiketnya mungkin lebih mahal dibandingkan biasanya. Kemudian ada pilihan transportasi lain bisa lewat tol yangg bagus. Terus orang mulai mengurangi libur karena banyak bencana alam kemarin kan. Jadi faktornya banyak dan kita masih meraba mengembalikan angka 2018 ke 2019 karena turunnya cukup signifikan," tandas dia.